Perbedaan ini menghasilkan perbedaan suhu di masing-masing tempat. Di gunung, walau posisinya tinggi, lebih dekat ke langit yang merupakan tempat pertama kali terpapar sinar matahari, suhunya lebih dingin.
Kondisi inilah yang menyebabkan pendakian gunung di puncak-puncak tertinggi dunia, harus pandai mengatur oksigen, kalau perlu membawa tabung oksigen. Partikel oksigen yang ada pada udara dataran tinggi sangat rendah.
Sementara di pantai dan perkotaan, lebih panas karena tingginya tekanan udara. Karena gravitasi tadi, udara pun bisa turun ke permukaan Bumi yang lebih rendah, sehingga di pantai dan perkotaan lebih padat tekanannya.
Alasan yang sama ketika Anda melihat awan dalam proses hidrologi. Awan yang biasanya terbentuk di atmosfer, perlahan-lahan turun karena terbawa angin atau karena bobotnya yang semakin berat.
Ketika semakin berat, awan menghasilkan hujan yang sering turun ke dataran yang lebih rendah. Anda yang tinggal di Jakarta akan menyadari, hujan sering turun dari awan yang muncul dari arah dataran tinggi Bogor. Bagi yang tinggal di Yogyakarta, Anda juga melihat kasus yang sama ketika awan dari Gunung Merapi menuruni lereng, kemudian menghujani kota.
Selain itu, dengan sedikitnya udara yang tersedia di dataran tinggi, energi kinetiknya juga rendah. Energi kinetik bisa dihasilkan oleh molekul apa pun, termasuk udara. Jika ada banyak molekul yang bergerak, menyebabkan energi kinetik yang panas.
Pengibaratan sederhananya tentang energi kinetik yang menghasilkan panas, adalah dengan kedua tangan. Tangan kita seperti molekul. Ketika digosok satu sama lain, suhu panas akan muncul di telapak tangan kita. Inilah yang disebut dengan energi kinetik.
Bayangkan, ada banyak tangan orang yang menggosokkan tangan, lalu mengitari Anda. Tentu suasananya jadi lebih hangat. Alasan yang sama mengapa saat di gunung, seseorang yang terkena serangan hipotermia harus dikelilingi banyak orang, dan perlu menggosokkan tangan.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR