Nationalgeographic.co.id—Zhao Kuangyin (927-976), dihormati sebagai Kaisar Taizu. Dia adalah pendiri Dinasti Song Kekaisaran Tiongkok.
Melalui keterampilan militer dan seni bela dirinya yang luar biasa, Zhao Kuangyin mengakhiri kekacauan Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan (907-979). Masa di mana ketika kebajikan dan ketertiban ditekan oleh perang dan kekuasaan ketika orang-orang menjalani kehidupan yang tidak stabil.
Dinasti Song yang dia bangun adalah salah satu periode paling berkembang dan makmur dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok.
Pendekar Pedang Pemberani yang Dibimbing oleh Seorang Peramal
Zhao Kuangyin sangat pandai Kung Fu dan menyumbangkan beberapa gerakan penting untuk seni bela diri Tiongkok.
Lahir dari keluarga militer dari era Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan yang kacau, Zhao Kuangyin telah menyaksikan perang tanpa akhir dan pergantian kerajaan sejak dia masih kecil.
Setelah dewasa, dia meninggalkan keluarganya dan melakukan perjalanan untuk mencari peluang lebih baik. Dia ingin melayani raja yang berbakat, ambisius, dan berbudi luhur di antara raja dan panglima perang yang agresif dan tamak.
Suatu ketika, ketika Zhao Kuangyin sedang mengunjungi sebuah kuil. Gurunya, yang juga seorang peramal yang bijak di sana, menyarankan agar dia pergi ke utara secepat mungkin dan memberikan semua asetnya sebagai dukungan.
Zhao Kuangyin bertemu dengan seorang jenderal bernama Guo Wei yang sangat menghargai bakatnya. Dalam beberapa tahun berikutnya, Zhao Kuangyin membantu Guo Wei mencapai kesuksesan militer yang luar biasa.
Guo Wei memperoleh lebih banyak kekuasaan dan keberhasilan militer, rajanya yang baru naik takhta merasa terancam.
Setelah mendengar bahwa rajanya memerintahkan untuk mengeksekusi mereka, Guo Wei memberontak terlebih dahulu. Seluruh keluarganya dieksekusi oleh raja.
Guo Wei memenangkan serangkaian pertarungan sengit dan mendirikan Dinasti Zhou Akhir. Ketika Guo Wei meninggal dunia, putra angkatnya Chai Rong naik takhta sebagai Kaisar Shizong dari Zhou Akhir.
Source | : | China Fetching |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR