Nationalgeographic.co.id—Budaya Mesoamerika yang berkembang di Meksiko tengah dari tahun 1300 hingga 1521. Suku Aztec membangun kerajaan yang luas di seluruh wilayah. Pada puncaknya, sejarah Kekaisaran Aztec mencakup 200.000 kilometer persegi dan menguasai sekitar 371 negara kota di 38 provinsi.
Akibatnya, dalam memperoleh wilayah baru, menumpas pemberontakan, atau menangkap korban pengorbanan, keseimbangan kehidupan Aztec dipertahankan oleh perang.
Peperangan adalah bagian mendasar dari budaya, dengan hampir semua laki-laki diharapkan untuk berpartisipasi dalam pertempuran - disebut dalam puisi Nahuatl sejarah Kekaisaran Aztec sebagai 'nyanyian perisai' - baik untuk alasan agama maupun politik. Dari ritual pelatihan hingga strategi pertempuran, inilah sejarah peperangan Aztec.
Peperangan Tertanam dalam Mitologi Aztec
Suku Aztec percaya bahwa dewa matahari dan perang mereka Huitzilopochtli telah dipersenjatai lengkap dan dipersiapkan untuk perang sejak lahir. Memang, hal pertama yang dikatakan telah dia lakukan setelah kelahirannya adalah membunuh 400 saudara kandungnya sebelum memotong-motong dan menyebarkan tubuh mereka, yang kemudian menjadi bintang di langit malam yang berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya peperangan bagi sejarah suku Aztec.
Selain itu, nama dewa Huitzilopochtli berasal dari kata 'burung kolibri' dan 'kiri'. Suku Aztec percaya bahwa prajurit yang mati membantu Huitzilopochtli mengalahkan lebih banyak musuh di akhirat prajurit, sebelum akhirnya kembali sebagai burung kolibri di 'sisi kiri' dunia, selatan.
Pengorbanan manusia yang penting secara teratur dilakukan untuk Huitzilopochtli di pelipisnya di puncak piramida besar Templo Mayor di ibu kota Aztec, Tenochtitlan.
Prajurit Dilatih Sejak Muda
Sejak usia 15 tahun, semua laki-laki Aztec kecuali bangsawan dilatih sebagai prajurit. Mereka menghadiri kompleks militer khusus diajari tentang persenjataan dan taktik serta dihibur dengan cerita-cerita dari para veteran perang.
Saat lahir, bayi laki-laki akan diberikan simbol prajurit dari perisai dan panah yang dibuat khusus untuk dipegang. Tali pusar, bersama dengan perisai dan anak panah, kemudian akan dibawa ke medan perang untuk dimakamkan oleh seorang prajurit terkenal.
Ketika mereka akhirnya menjadi prajurit dan mengambil tawanan pertama mereka, anak laki-laki diizinkan untuk memotong kunci atau rambut 'piochtli' di belakang leher mereka yang telah mereka kenakan sejak usia sepuluh tahun. Ini melambangkan transisi mereka menjadi pejuang dan pria sejati.
Tujuan Peperangan Untuk Mendominasi Bukan Membunuh
Source | : | History Hit |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR