Nationalgeographic.co.id—Pada 16 Juli 2023, terjadi empat insiden terpisah di sebuah pantai di prefektur Fukui, Jepang. Lumba-lumba menyerang manusia dan penyerangan ini telah terjadi selama 2 tahun berturut-turut di wilayah pantai Jepang itu.
Kejadian lumba-lumba menyerang manusia di prefektur Fukui, Jepang ini mungkin dilakukan oleh seekor lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik. Lumba-lumba ini telah melakukan serangkaian serangan di wilayah yang sama dari tahun lalu.
Ini adalah tahun kedua berturut-turut lumba-lumba menyerang manusia di pantai di prefektur Fukui, di pantai Laut Jepang.
Musim panas lalu, setidaknya enam orang digigit oleh satu hewan. Penyerangan itu diduga dilakukan lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik (Tursiops aduncus) yang sama.
Di dunia hewan lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik termasuk ke dalam satwa mamalia bukan jenis ikan. Mereka sebenarnya adalah hewan liar, tapi seringkali dianggap sebagai hewan peliharaan dan jinak karena sering dijadikan pertunjukan.
Dalam rilisnya, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Fisheries menekankan bahwa lumba-lumba bukanlah mainan air atau hewan peliharaan.
Mitos tentang lumba-lumba liar yang ramah telah memberi kita gagasan yang salah. Lumba-lumba Flipper yang terkenal dalam program TV sebenarnya adalah lumba-lumba penangkaran terlatih.
Flipper mungkin tidak akan menggigit tangan yang memberinya makan. Tapi lumba-lumba yang benar-benar liar akan menggigit saat mereka marah, frustrasi, atau takut. Mereka terganggu saat orang mencoba berenang bersama mereka.
Lumba-lumba menyerang manusia
Kasus lumba-lumba menyerang manusia yang paling serius membutuhkan 14 jahitan untuk menutup luka di pangkal ibu jari korban, menurut situs berita Jepang The Mainichi.
Baik tahun ini maupun tahun lalu, lumba-lumba datang tepat ke tepi air. Pria yang tulang rusuknya patah itu sedang berenang sekitar 16 kaki (5 meter) dari pantai di Pantai Suishohama.
Namun, tiba-tiba seekor lumba-lumba menabrak dan menggigitnya, kata polisi setempat kepada situs berita Asahi Shimbun di Jepang.
Source | : | Live Science,NOAA,Asahi Shimbun |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR