Batu-batu plastik itu diproduksi di kompleks yang sama. Bahan bakunya dari sampah plastik asal tempat pembuangan akhir. Namun, tidak semua plastik bisa digunakan. Sebelum diolah menjadi batu plastik, sampah plastik harus melalui proses pemilahan terlebih dahulu.
Monumen ini memiliki rangka beton. Dhoni menghimpun batu-batu andesit yang diperolehnya dari sekitar kompleks untuk memperkuat struktur monumen ini. Dia menunjukkan lapisan-lapisan geologi yang tampak pada dinding penampang melintang karst di sebelah monumen. "Saya mengambil batu-batu itu dari sini juga," ujarnya.
Di kesempatan lain, saya mencoba bertanya kepada Awang Satyana, ahli geologi senior di Indonesia. Mengapa batuan karst di kawasan selatan Yogyakarta berkelindan dengan batu andesit, sejenis batuan beku vulkanik? Apakah pernah ada gunung api purba di sini?
Awang mengungkapkan kebenaran temuan tadi. Menurutnya, di kawasan Yogya selatan, kadang-kadang kita memang menemukan batuan vulkanik di bawah batu gamping yang kadang juga sebagai batuan karst.
"Tetapi itu bukan batuan vulkanik dari Merapi," ungkapnya. Batuan itu merupakan batuan vulkanik purba yang umurnya mencapai sekitar 20 juta tahun. Batuan itu juga merupakan bagian dari jalur gunungapi purba di bagian selatan Pulau Jawa, termasuk Yogya selatan. Kemudian Awang menambahkan, "Batu gamping karst nya sendiri berumur lebih muda, 15-10 juta tahun."
Batu plastik, media baru untuk ekspresi seni
"Proyek ini inovasinya ada pada batu plastik," kata Ignatia Nilu, salah satu kurator Monumen Antroposen. Banyak orang tidak melihat sampah plastik sebagai potensi, namun timnya melihat sampah plastik berpotensi menjadi batu plastik yang bisa menjadi karya seni. "Tetapi, pemetaan dan wacananya belum terbentuk."
Nilu menganalogikan ketika awal mula seni instalasi ditemukan. Dahulu wacana itu juga ambigu, apakah bagian seni patung atau bukan? Perkembangan berikutnya munculah istilah baru: seni instalasi. "Mungkin kita ke arah itu."
Berkait dengan rencana pembuatan relief pada Monumen Antroposen, Nilu mengungkapkan apakah berkreasi seni dengan batu plastik merupakan "praktik lama dengan alih wahana", atau sebuah "kajian baru".
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR