Kemegahan Serapeum mencerminkan pentingnya Serapis dalam lanskap keagamaan pada masa itu, menarik para peminat dari semua lapisan masyarakat.
Ritual dan praktik yang terkait dengan kultus Serapis beragam seperti asal usul dewa. Mereka memasukkan unsur-unsur dari tradisi keagamaan Yunani dan Mesir, yang mencerminkan sifat sinkretis dewa.
Misalnya, kultus mengamati prosesi dan festival gaya Yunani, tetapi juga ritus Mesir yang terkait dengan kematian dan kebangkitan Osiris.
Para pendeta Serapis, yang dikenal sebagai "nabi Serapis", memainkan peran penting dalam ritual ini, melayani sebagai perantara antara pemuja dan dewa.
Kultus Serapis juga berdampak signifikan di luar Mesir. Ketika pengaruh Kerajaan Ptolemeus menyebar, begitu pula pemujaan terhadap Serapis, sampai ke Roma.
Faktanya, di bawah pemerintahan Romawi, kultus Serapis terus berkembang, dengan Kaisar Hadrian membangun kembali Serapeum dari Aleksandria setelah rusak dalam kebakaran.
Bagaimana memasukkan Serapis ke dalam mitologi Yunani?
Serapis adalah produk sinkretisme yang menggabungkan unsur-unsur dewa Mesir Osiris dan Apis. Penggambaran dan atributnya sangat dipengaruhi oleh dewa Yunani, khususnya Hades (dewa dunia bawah) dan Pluto (dewa kekayaan Yunani dan penguasa kekayaan bumi).
Hubungan ini semakin ditekankan dengan seringnya Cerberus, anjing berkepala tiga yang menjaga pintu masuk dunia bawah, dalam penggambaran Serapis.
Tautan ke Pluto menggarisbawahi sifat ganda Serapis sebagai dewa kemakmuran akhirat dan duniawi. Asosiasi Serapis dengan mitologi Yunani meluas ke perannya dalam panteon Yunani di Mesir.
Sambil mempertahankan identitasnya yang unik, Serapis sering disamakan dengan Zeus, Hades, dan Pluto dalam praktik keagamaan Yunani.
Integrasi ini memungkinkan penduduk Yunani di Mesir untuk terhubung dengan tradisi keagamaan lokal sambil mempertahankan identitas budaya mereka sendiri.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR