Tidak ingin mengungkapkan identitas aslinya, Odysseus yang cerdas menyatakan bahwa dia disebut "Bukan Siapa-siapa". Polyphemus kemudian berjanji bahwa dia akan memakan "Bukan Siapa-siapa" ini pada akhirnya.
Saat Polyphemus tertidur lelap, Odysseus dengan cepat bertindak menancapkan sebatang kayu ke matanya. Polyphemus meronta dan berteriak, bahwa "Tidak ada" yang menyakitinya, tetapi raksasa lainnya bingung dan tidak memahaminya. Jadi, mereka tidak datang membantunya.
Setelah membutakan raksasa itu, Odysseus dan anak buahnya melarikan diri dari gua dengan berpegangan pada bagian bawah domba Polyphemus. Ketika Odysseus mencapai kapalnya, dia dengan bangga mengungkapkan nama aslinya, tetapi ini terbukti menjadi kesalahan besar.
Dalam mitologi Yunani, Polyphemus meminta ayahnya Poseidon untuk menghukum Odysseus dan anak buahnya atas apa yang telah mereka lakukan padanya. Poseidon menurut dengan mengirimkan angin kencang dan membuat perjalanan kembali ke Ithaca penuh dengan kesulitan.
Sebagai hasil dari pertemuannya dengan Polyphemus, Odysseus dan orang-orangnya akhirnya mengembara selama bertahun-tahun di lautan mencoba menemukan jalan kembali ke Ithaca.
Kisah Polyphemus dan bidadari laut, Galatea, telah diriwayatkan oleh beberapa penyair dan penulis. Sementara beberapa penulis menggambarkan cinta mereka sebagai kesuksesan, yang lain menunjukkan bahwa Polyphemus ditolak oleh Galatea dalam mitologi Yunani kuno.
Terlepas dari keberhasilan atau kegagalan cinta, semua kisah ini mewakili Polyphemus sebagai makhluk cerdas, yang menggunakan keterampilan musiknya untuk merayu bidadari laut yang cantik. Penggambaran Polyphemus ini sangat berbeda dari penyair sebelumnya, yang baginya dia tidak lebih dari binatang buas.
Menurut beberapa narasi, cinta Polyphemus dibalas oleh Galatea. Mereka mengatasi banyak tantangan untuk bersama. Galatea melahirkan anak-anak Polyphemus yaitu Galas, Celtus dan Illyruis. Keturunan Polyphemus dan Galatea diyakini sebagai leluhur jauh Celtic.
Penulis kontemporer telah menambahkan sentuhan baru pada kisah cinta Polyphemus dan Galatea. Menurut mereka, Galatea tidak akan pernah bisa membalas cinta Polyphemus, karena hatinya telah dimiliki oleh pria lain, Acis. Polyphemus membunuh Acis karena cemburu dan marah. Acis kemudian diubah oleh Galatea menjadi roh sungai Sisilia.
Meski ada beberapa narasi kontradiktif tentang cinta antara Polyphemus dan Galatea, dapat dikatakan bahwa raksasa itu ditata ulang dan ditafsirkan ulang dalam cerita-cerita tersebut.
Representasi Budaya Polyphemus
Polyphemus telah direpresentasikan dalam berbagai cara dalam patung, lukisan, film, dan seni. Beberapa seniman telah menunjukkannya sebagai monster yang menakutkan, dan yang lainnya, sebagai makhluk yang baik hati.
Source | : | Mythology.net |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR