Ritual Mempersiapkan Pertempuran
Samurai bersiap untuk pertempuran melalui kombinasi latihan fisik, mental, dan spiritual, yang menekankan disiplin, pengembangan keterampilan, dan ketaatan pada kode kehormatan mereka, yang dikenal sebagai Bushido.
Sebelum pertempuran, samurai akan dengan hati-hati memeriksa dan merawat senjata mereka, memastikan mereka tajam dan siap digunakan.
Mereka juga akan mengenakan baju zirah mereka, dengan hati-hati mengencangkan setiap komponen untuk perlindungan dan mobilitas yang optimal.
Samurai mempraktikkan Buddhisme Zen dan meditasi untuk mengembangkan fokus mental, disiplin diri, dan ketenangan batin.
Hal ini memungkinkan mereka untuk tetap tenang di bawah tekanan dan membuat keputusan yang jelas selama kekacauan pertempuran.
Banyak samurai terlibat dalam ritual dan doa untuk meminta perlindungan dari dewa atau roh leluhur. Mereka mengunjungi kuil, menerima berkah dari seorang pendeta, atau melakukan ritual penyucian untuk mempersiapkan diri secara spiritual untuk pertempuran.
Akhirnya, banyak samurai berkumpul bersama sebelum pertempuran untuk meningkatkan moral dan mempererat ikatan di antara mereka.
Persahabatan dan tujuan bersama ini membantu memperkuat tekad dan kemauan mereka untuk berjuang demi tuan mereka dan sesama prajurit.
Dengan berfokus pada aspek persiapan ini, samurai mampu menghadapi tantangan pertempuran dengan percaya diri, keterampilan, dan dedikasi yang tak tergoyahkan pada kode kehormatan mereka.
Bushido di Jepang Modern
Setelah Restorasi Meiji, Shinto dijadikan agama negara Jepang (tidak seperti Konfusianisme, Budha dan Kristen) dan bushido diadopsi sebagai kode moral yang berkuasa.
Pada tahun 1912, Jepang berhasil membangun kekuatan militernya. Jepang menandatangani aliansi dengan Inggris pada tahun 1902 dan mengalahkan Rusia di Manchuria dua tahun kemudian.
Pada akhir Perang Dunia I , negara ini diakui sebagai salah satu kekuatan "Lima Besar" bersama Inggris, AS, Prancis, dan Italia pada konferensi perdamaian Versailles.
Tahun 1920-an yang liberal dan kosmopolitan memberi jalan bagi kebangkitan tradisi militer Jepang pada tahun 1930-an, yang mengarah langsung ke agresi kekaisaran dan masuknya Jepang ke dalam Perang Dunia II .
Selama konflik itu, tentara Jepang membawa pedang samurai antik ke dalam pertempuran dan melakukan serangan "banzai" bunuh diri sesuai dengan prinsip bushido kematian sebelum aib atau kekalahan.
Pada akhir perang, Jepang kembali memanfaatkan rasa hormat, disiplin, dan pengabdiannya yang kuat untuk tujuan bersama bukan daimyo atau shogun di masa lalu, tetapi kaisar dan negara untuk membangun kembali dirinya sendiri dan muncul kembali sebagai salah satu kekuatan dunia.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | History |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR