Kontaminan ini seringkali memiliki relevansi ekotoksikologi yang lebih tinggi daripada plastik induk.
Untuk penelitian ini, ilmuwan Dwi mengumpulkan total 25 sampel lapangan dari pantai di Pulau Panjang di sisi barat pulau Jawa. Ia menganalisisnya di laboratorium bersama dengan peneliti dari Kiel University.
Salah satunya adalah Lars Reuning, promotor ilmiah Dwi di Kiel dan penulis kedua studi tersebut. Reuning adalah anggota Kelompok Riset Paleontologi di Institut Geosains di Kiel University.
Reuning mengatakan, analisis mereka menunjukkan bahwa plastiglomerat yang mereka temukan terkontaminasi dengan polutan organik.
"Meskipun hasil lebih lanjut tentang bioakumulasi masih tertunda, mereka dapat diklasifikasikan sebagai berpotensi karsinogenik bagi manusia," katanya.
Ancaman ekosistem pesisir
Menurut para peneliti, banyak efek yang mungkin terjadi pada ekosistem pesisir karena batu plastik atau plastigomerat.
"Untuk menilai kerusakan lingkungan dengan lebih baik, kami saat ini sedang meneliti komposisi yang tepat dari polutan organik yang terkait dengan plastik, seperti senyawa organofosfor", kata ahli geokimia Schwark.
Yang juga menarik adalah kecenderungan plastiglomerat mudah membusuk.
"Biasanya, foto-oksidasi oleh sinar UV mempengaruhi lapisan atas plastik. Tapi termo-oksidasi dengan membakar limbah plastik secara signifikan mengubah struktur internal material juga", kata ahli geosains Reuning.
Di masa depan, banyak ekosistem pesisir perairan tropis di Indonesia maupun di seluruh dunia akan terpengaruh oleh batu plastik Plastiglomerat.
Source | : | Scientific Reports,PLoS One,Kiel University |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR