Nationalgeographic.co.id—Latar belakang budaya pesta Kekaisaran Romawi berakar kuat pada nilai-nilai, kepercayaan, dan struktur sosial masyarakat. Namun di balik tradisi ini, ada satu praktik yang menarik perhatian, yaitu praktik berbaring saat makan untuk menghormati para dewa.
Pesta-pesta ini lebih dari sekedar makan. Mereka adalah alat sosial yang ampuh, sarana untuk mengekspresikan status, membangun aliansi, dan kadang-kadang bahkan menjadi panggung untuk manuver politik.
Sifat pesta sering kali mencerminkan status sosial tuan rumah, dengan orang-orang kaya dan berkuasa menunjukkan kemakmuran mereka secara mewah, sementara orang-orang dari kalangan bawah mengadakan pertemuan yang lebih sederhana.
Kesenjangan antar kelas sosial dalam masyarakat Romawi terlihat jelas pada pesta-pesta ini. Orang kaya dan berkuasa akan berbaring di sofa mewah, menyantap hidangan eksotis dari penjuru kekaisaran. Sementara orang miskin, jika diundang, duduk di bangku atau berdiri, makan makanan yang lebih sederhana.
Namun, pesta-pesta ini juga merupakan tempat di mana batas-batas ketat masyarakat Romawi terkadang bisa kabur. Tatanan sosial dan politik Roma, sering kali dibina dan diperkuat pada pesta-pesta ini.
Perayaan-perayaan Romawi juga mempunyai makna keagamaan yang mendalam. Banyak hari raya yang dikaitkan dengan hari raya keagamaan tertentu, yang dikenal sebagai 'feriae', yaitu hari istirahat dan perayaan yang didedikasikan untuk berbagai dewa.
Makanan yang disajikan, doa yang dipanjatkan, dan bahkan urutan hidangan dapat ditentukan oleh adat istiadat agama.
Perayaan lainnya, khususnya yang diadakan di rumah pribadi, mungkin dimulai dengan pengorbanan dan doa, tuan rumah bertindak sebagai pendeta.
Landasan keagamaan ini semakin meningkatkan pentingnya perayaan ini secara sosial, mengubahnya dari sekedar makan menjadi ritual sosial yang sangat bermakna.
Persiapan untuk pesta Romawi merupakan peristiwa penting, penuh dengan adat istiadat dan seluk-beluknya yang unik. Hal ini adalah kesempatan bagi tuan rumah untuk menunjukkan kekayaan, selera, dan keramahtamahannya kepada tamunya, sekaligus mematuhi norma-norma sosial yang diharapkan pada masanya.
Tanggung jawab utama mengadakan pesta berada di pundak domus, kepala rumah tangga. Persiapan sering kali dimulai beberapa hari, bahkan berminggu-minggu sebelumnya, dengan perencanaan yang matang mengenai daftar tamu, menu, dan hiburan.
Tuan rumah akan mengundang tamu berdasarkan status sosial dan hubungan mereka, sering kali mengirimkan undangan yang tertulis di tablet lilin. Daftar tamu biasanya cukup selektif, dan menerima undangan dianggap suatu kehormatan.
Sudut Pandang Baru Peluang Bumi, Pameran Foto dan Infografis National Geographic Indonesia di JILF 2024
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR