"Jika dilihat dari tingkat regional, tingkat urbanisasi di wilayah pantai utara Jawa Tengah kemungkinan akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk," tulis peneliti.
"Oleh karena itu, penelitian ini mengusulkan beberapa arah penelitian dan rekomendasi kebijakan di masa depan."
Pertama, kebijakan penataan ruang harus dipandang sebagai instrumen penting untuk mengantisipasi pola urbanisasi di tingkat daerah.
"Hal ini memerlukan kajian yang lebih mendalam mengenai kebijakan penataan ruang untuk mendorong pembangunan yang lebih seimbang antar wilayah," peneliti menjelaskan.
Jenis pembangunan daerah seperti pembangunan polisentris dapat menjadi contoh yang baik. Dimana kebijakan sosio-ekonomi dan perencanaan tata ruang dapat mengurangi kesenjangan antar daerah.
Kedua, terdapat tantangan yang harus diatasi untuk meningkatkan strategi adaptasi perubahan iklim, termasuk kolaborasi dengan masyarakat dan pemangku kepentingan.
Di sisi lain, sebaran kejadian bahaya di berbagai lokasi di wilayah studi memerlukan kesadaran pemerintah daerah mengenai dampak bencana terhadap pemukiman dan komunitas pesisir.
Oleh karena itu, peningkatan kesadaran masyarakat atau komunitas pesisir menjadi perhatian utama karena tindakan awal berasal dari masyarakat setempat.
"Semua upaya menuju mitigasi dan adaptasi bencana terkait perubahan iklim harus difokuskan pada tindakan manusia," tulis peneliti.
"Kajian ini mampu menunjukkan perkembangan spasial urbanisasi serta wilayah atau lokasi yang lebih banyak terjadi bencana. Hal itu dijabarkan dalam skala regional."
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih Bumi, Sisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.
Source | : | Land Journal |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR