Nationalgeographic.co.id—Penaklukan dilakukan untuk menguasai wilayah, menguasai sumber daya, dan kejayaan. Di masa lalu, bangsa Mongol termasuk salah satu bangsa yang gencar melakukan invasi. Setelah menguasai Kekaisaran Tiongkok, Mongol mengalihkan fokusnya ke Kekaisaran Jepang.
Saat itu, Kekaisaran Jepang dengan segala upayanya berusaha untuk mencegah invasi Mongol. Untungnya, Mongol tidak berhasil menguasai Negeri Matahari Terbit itu. Semua ini berkat pejuang-pejuang gagah yang dengan berani melawan bangsa Mongol. Salah satunya adalah Hojo Tokimune yang memimpin pasukan Jepang melawan Mongol.
Asal-usul Hojo Tokimune, pemimpin pemberani dari Kekaisaran Jepang
Lahir pada tanggal 5 Juni 1251, Hojo Tokimune adalah anggota Klan Hojo. Ia juga merupakan shikken kedelapan dari Keshogunan Kamakura. Keshogunan Kamakura memerintah Kekaisaran Jepang dari tahun 1268 hingga tahun 1284.
Hojo Tokimune mendapatkan ketenaran karena memimpin pasukan Kekaisaran Jepang melawan invasi bangsa Mongol pada masanya.
Sebagai putra tertua Tokiyori, bupati dan tokuso Keluarga Adachi, Hojo Tokimune dilahirkan dengan banyak tanggung jawab.
Sejak lahir, Tokimune dilatih dan dipersiapkan untuk menjadi tokuso dan menjadi penguasa Kekaisaran Jepang berikutnya.
Pada usia 18 tahun, Tokimune akhirnya menjadi shikken kedelapan. Alih-alih mengurus kota, dia ditugaskan untuk mengawasi wilayah tertentu di Kekaisaran Jepang.
Mongol mengirim utusan ke Kekaisaran Jepang untuk memberikan ancaman
Pada bulan Januari 1268, utusan bangsa Mongol datang ke Kekaisaran Jepang dengan membawa surat ancaman.
Setelah diskusi panjang, Tokimune memutuskan untuk mengirim utusan kembali ke Mongol, namun tidak mendapat jawaban.
Hal ini tidak membuat bangsa Mongol patah semangat sedikit pun. Mereka terus-menerus dan tanpa henti mengirimkan lebih banyak utusan ke Negeri Matahari Terbit itu berkali-kali. Semua utusan membawa pesan-pesan yang berisi ancaman.
Para utusan ini dikirim pada tanggal 7 Maret 1269, pada tanggal 17 September 1269, pada bulan September 1271, dan pada bulan Mei 1272.
Namun, meskipun gangguan terus berdatangan dari bangsa Mongol, pasukan Tokimune tidak gentar. Tokimune mengusir utusan Kubilai Khan. Para utusan ini bahkan tidak diizinkan mendarat satu kali pun di Kekaisaran Jepang.
“Karena utusan dikirim kembali tanpa balasan, Mongol memutuskan untuk menyerang Kekaisaran Jepang,” tulis Minami Nagai di laman Yabai. Upaya invasi pertama terjadi pada tahun 1274 dan sayangnya bagi bangsa Mongol, mereka gagal.
Namun, mereka tetap teguh dan kembali mengirimkan lima utusan pada bulan September 1275 ke wilayah Kyushu. Para utusan ini menolak untuk pergi tanpa mendapat balasan untuk dibawa kembali ke bangsa Mongol.
Meskipun mereka mendesak, mereka tetap tidak mendapat balasan dari Tokimune. Sebaliknya, mereka dibawa ke Kamakura untuk dipenggal.
Hingga saat ini, makam para utusan Mongol yang dipenggal tersebut masih ada di Kamakura di Tatsunokuchi.
Masih tetap teguh meski utusannya telah dipenggal, lima utusan lagi dikirim lagi oleh bangsa Mongol pada 29 Juli 1279. Utusan ini mengalami nasib seperti yang sebelumnya, mereka pun dipenggal di Hakata.
Karena bangsa Mongol terus mengirimkan ancaman invasi, maka Kekaisaran Jepang mulai bersiap untuk melawan.
Pada 21 Februari 1280, semua tempat suci dan kuil diperintahkan oleh Istana Kekaisaran untuk mendoakan kemenangan kekaisaran Jepang melawan Mongol.
Seperti yang diperkirakan, Kubilai Khan dan pasukannya mencoba melakukan invasi lagi ke Kekaisaran Jepang pada tahun 1281.
Untungnya bagi Jepang, bangsa Mongol kembali gagal dalam upaya ini. Salah satu faktor yang berperan dalam kemenangan Kekaisaran Jepang melawan bangsa Mongol adalah angin topan.
Topan yang membantu menghentikan invasi bangsa Mongol disebut kamikaze, yang diterjemahkan menjadi “angin ilahi”.
Keberanian Hojo Tokimune melawan prajurit Mongol
“Di sisi lain, yang pada akhirnya menghentikan invasi bangsa Mongol adalah kekuatan samurai,” tambah Nagai.
Hojo Tokimune-lah yang merencanakan, menyusun strategi, dan memimpin pertahanan Kekaisaran Jepang melawan invasi bangsa Mongol. Namun, dia khawatir menjadi pengecut di saat-saat terakhir, mengetahui betapa kuatnya bangsa Mongol.
Untuk mengalahkan sifat pengecut, Tokimune meminta nasihat dari guru Zen yang bernama Mugaku Sogen. Nasihat yang diterima Tokimune adalah agar dia duduk bermeditasi.
Melalui cara ini, dia akan menemukan sendiri sumber kekhawatirannya. Setelah mengetahui sumbernya, barulah Tokimune mampu mengalahkannya dan akhirnya menghadapi ketakutannya.
Saat itu, Hojo Tokimune memerintah Kekaisaran Jepang dengan tangan besi. Meski pasukan Mongol terkenal akan kekuatannya, ia tidak gentar. Alih-alih tunduk, Tokimune terus menolak utusan Mongol, bahkan ia sampai memenggalnya.
Ketika bangsa Mongol kembali menyerbu Kekaisaran Jepang, Tokimune menemui guru Zennya.
Ia menyatakan bahwa ini adalah peristiwa terbesar dalam hidupnya. Mugaku menjawab dengan menanyakan bagaimana rencana Tokimune menghadapi bangsa Mongol. Dengan penuh keyakinan, Tokimune menjawab dengan kata katsu atau kemenangan.
Jawaban tersebut menunjukkan keyakinan Tokimune untuk mengalahkan penjajah. Dengan rasa bangga dan puas, Mugaku diyakini menanggapinya dengan pernyataan, “Memang benar anak singa mengaum seperti singa!”
Berkat perjuangannya bersama dengan para samurai Kekaisaran Jepang, bangsa Mongol pun angkat kaki setelah mengalami kegagalan.
Hojo Tokimune memimpin dari tahun 1268 hingga 17 Desember tahun 1284. Setelah hidup selama 32 tahun, Tokimune akhirnya meninggal pada tanggal 20 April tahun 1284. Istrinya bernama Kakusanni.
Bersama istrinya, ia memiliki seorang anak yang mereka beri nama Hojo Sadatoki. Tokimune juga memiliki saudara kandung bernama Hojo Tokisuke dan Hojo Munemasa.
Dalam sejarah Jepang, Hojo Tokimune dikenal sebagai penguasa yang berani menghadapi ancaman bangsa Mongol.
Source | : | Yabai.com |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR