Porphyrios dikisahkan kerap menyerang semua kapal jika dia mau. Penangkapan ikan, pedagang, dan kapal perang, semuanya berisiko menjadi musuh Porphyrios.
Reputasi Porphyrios dalam menghancurkan dan menenggelamkan kapal secara acak membuat para pelaut di daerah tersebut takut padanya. Ketakutan terhadap Porphyrios begitu kuat sehingga kapal sering mengambil jalan memutar untuk menghindari perairan tempat paus tersebut biasa berenang.
Paus tersebut menyebabkan begitu banyak kepanikan dan kerusakan. Akhirnya, Kaisar Justinian I menekankan bahwa Porphyrios perlu ditangkap untuk melindungi perairan tempat kapal berlayar.
Meskipun ingin menaklukkan Porphyrios, sang kaisar dan para nelayan di daerah tersebut tidak dapat menemukan cara untuk menangkap paus itu.
Bangsa Romawi takut terhadap Porphyrios dan hobinya menghancurkan kapal. Ketakutan itu akhirnya berdampak pada kehidupan mereka. Pasukan militer dapat dikirim untuk melawan dan menghadapi Porphyrios. Tapi ini berarti lebih sedikit tentara yang mampu berperang.
Perdagangan pun ikut terpengaruh dan akhirnya berdampak pada perekonomian di Kekaisaran Bizantium. Kapal-kapal penangkap ikan berada dalam bahaya. Hilangnya kapal serta awak kapal berarti berkurangnya jumlah ikan yang dibawa ke darat untuk dijadikan makanan. Hal ini diduga telah terjadi selama 50 tahun. Maka tidak heran Kaisar Justinian I ingin Porphyrios ditangkap dan dibunuh.
Akhir dari Porphyrios di Kekaisaran Bizantium
Menurut catatan Procopius, suatu hari, Porphyrios sedang mengejar lumba-lumba di dekat muara Laut Hitam. Saat itu, sang paus berenang terlalu dekat ke pantai. Paus itu terdampar di pantai dan berjuang untuk berguling untuk kembali ke air. Namun segala upaya hanya memperburuk keadaan Porphyrios.
Kabar mulai menyebar bahwa Porphyrios terjebak di pantai. Penduduk lokal di kota bergegas ke pantai. Mereka membawa senjata untuk membalas dendam terhadap monster yang meneror mereka selama 50 tahun. Porphyrios pun akhirnya mengalami kehancuran.
Berbekal tali dan kapak, penduduk setempat mulai menyerang hewan yang terdampar di pantai. Rupanya bilah kecil dan tali tidak mampu melawan lemak tebal di tubuh Porphyrios. Procopius menulis bahwa ketika kapak tampaknya tidak menimbulkan banyak kerusakan pada Porphyrios, mereka kembali dengan tali dan kereta.
Paus raksasa itu diseret lebih jauh ke pantai. Penduduk setempat mulai bekerja untuk memotong-motongnya. Beberapa orang memakan dagingnya mentah-mentah di pantai. Sedangkan yang lainnya membawanya pulang untuk disantap di kemudian hari.
Masyarakat Kekaisaran Bizantium sangat gembira karena paus tersebut tidak lagi menjadi ancaman bagi siapa pun di lautan. Pada saat Porphyrios diseret ke pantai, kemungkinan besar dia sudah tewas, namun hal ini tidak disebutkan dalam tulisan Procopius.
Begitulah akhir dari paus menyeramkan yang kerap meneror para pelaut Kekaisaran Bizantium selama puluhan tahun.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR