Nationalgeographic.co.id—Di masa lalu, ada seekor paus yang meneror para pelaut di Kekaisaran Bizantium. Dikenal sebagai Porphyrios, paus ini dikisahkan kerap menelan kapal-kapal yang berlayar.
Asal-usul nama Porphyrios masih menjadi misteri. Beberapa ahli berpendapat bahwa nama Porphyrios berasal dari kusir, Porphyrius, yang populer pada era Kekaisaran Bizantium. Sarjana lain percaya bahwa nama tersebut berasal dari raksasa mitologi Porphyrion. Raksasa itu yang mengobarkan perang melawan Yunani kuno selama Gigantomachy.
Pada abad ke-20-21, asal-usul nama baru telah dikemukakan. Porphyrios mungkin berasal dari kata porphyra, yang menggambarkan rona ungu tua atau ungu kekaisaran dalam bahasa Yunani.
“Porphyrios mungkin memiliki kulit berwarna ungu keabu-abuan atau anggur gelap dan namanya berasal dari warnanya,” tulis Lauren Dillon di laman Historic Mysteries.
Spesies Porphyrios tidak pernah jelas. Namun berdasarkan beberapa deskripsi tentang ukuran, usia, perilaku buruk, dan warna, sejarawan memperkirakan bahwa Porphyrios adalah paus sperma. Paus sperma dapat ditemukan di semua lautan yang bebas es.
Paus sperma tidak hanya berukuran besar, tetapi mereka juga tidak memiliki predator alami dan dapat hidup hingga 70 tahun.
“Namun, ada kemungkinan bahwa Porphyrios bukanlah paus sperma, melainkan orca dengan ukuran yang tidak biasa,” tambah Dillon lagi. Pasalnya, paus sperma biasanya tidak ditemukan di Laut Hitam karena pintu masuknya terlalu dangkal untuk tempat tinggal paus sperma. Namun Orca ditemukan di Laut Hitam di era Kekaisaran Bizantium.
Informasi tentang Porphyrios dari sejarawan Kekaisaran Bizantium
Informasi yang kita ketahui tentang Porphyrios berasal dari sejarawan era Kekaisaran Bizantium abad ke-6, Procopius. Paus tersebut dapat ditemukan dalam bukunya History of the Wars dan The Secret History.
Procopius menyatakan bahwa Porphyrios adalah binatang raksasa yang berukuran panjang 13,7 meter dan lebar 4,6 meter.
Pada zaman dahulu hingga Abad Pertengahan, paus dipandang sebagai monster laut. Hal itu terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang apa itu paus atau berbagai jenis paus.
Menurut Procopus, Prophyrios meneror kapal-kapal di dekat Konstantinopel selama lebih dari 50 tahun. Paus tersebut memiliki kebiasaan berpindah ke tempat lain dalam jangka waktu lama. Namun sering kali berada tepat di bawah gelombang di Selat Bosporus dan Laut Hitam.
Porphyrios dikisahkan kerap menyerang semua kapal jika dia mau. Penangkapan ikan, pedagang, dan kapal perang, semuanya berisiko menjadi musuh Porphyrios.
Reputasi Porphyrios dalam menghancurkan dan menenggelamkan kapal secara acak membuat para pelaut di daerah tersebut takut padanya. Ketakutan terhadap Porphyrios begitu kuat sehingga kapal sering mengambil jalan memutar untuk menghindari perairan tempat paus tersebut biasa berenang.
Paus tersebut menyebabkan begitu banyak kepanikan dan kerusakan. Akhirnya, Kaisar Justinian I menekankan bahwa Porphyrios perlu ditangkap untuk melindungi perairan tempat kapal berlayar.
Meskipun ingin menaklukkan Porphyrios, sang kaisar dan para nelayan di daerah tersebut tidak dapat menemukan cara untuk menangkap paus itu.
Bangsa Romawi takut terhadap Porphyrios dan hobinya menghancurkan kapal. Ketakutan itu akhirnya berdampak pada kehidupan mereka. Pasukan militer dapat dikirim untuk melawan dan menghadapi Porphyrios. Tapi ini berarti lebih sedikit tentara yang mampu berperang.
Perdagangan pun ikut terpengaruh dan akhirnya berdampak pada perekonomian di Kekaisaran Bizantium. Kapal-kapal penangkap ikan berada dalam bahaya. Hilangnya kapal serta awak kapal berarti berkurangnya jumlah ikan yang dibawa ke darat untuk dijadikan makanan. Hal ini diduga telah terjadi selama 50 tahun. Maka tidak heran Kaisar Justinian I ingin Porphyrios ditangkap dan dibunuh.
Akhir dari Porphyrios di Kekaisaran Bizantium
Menurut catatan Procopius, suatu hari, Porphyrios sedang mengejar lumba-lumba di dekat muara Laut Hitam. Saat itu, sang paus berenang terlalu dekat ke pantai. Paus itu terdampar di pantai dan berjuang untuk berguling untuk kembali ke air. Namun segala upaya hanya memperburuk keadaan Porphyrios.
Kabar mulai menyebar bahwa Porphyrios terjebak di pantai. Penduduk lokal di kota bergegas ke pantai. Mereka membawa senjata untuk membalas dendam terhadap monster yang meneror mereka selama 50 tahun. Porphyrios pun akhirnya mengalami kehancuran.
Berbekal tali dan kapak, penduduk setempat mulai menyerang hewan yang terdampar di pantai. Rupanya bilah kecil dan tali tidak mampu melawan lemak tebal di tubuh Porphyrios. Procopius menulis bahwa ketika kapak tampaknya tidak menimbulkan banyak kerusakan pada Porphyrios, mereka kembali dengan tali dan kereta.
Paus raksasa itu diseret lebih jauh ke pantai. Penduduk setempat mulai bekerja untuk memotong-motongnya. Beberapa orang memakan dagingnya mentah-mentah di pantai. Sedangkan yang lainnya membawanya pulang untuk disantap di kemudian hari.
Masyarakat Kekaisaran Bizantium sangat gembira karena paus tersebut tidak lagi menjadi ancaman bagi siapa pun di lautan. Pada saat Porphyrios diseret ke pantai, kemungkinan besar dia sudah tewas, namun hal ini tidak disebutkan dalam tulisan Procopius.
Begitulah akhir dari paus menyeramkan yang kerap meneror para pelaut Kekaisaran Bizantium selama puluhan tahun.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR