Zaim memaparkan, kerangka Homo erectus usianya lebih tua daripada Homo sapiens. Berbagai kerangka H. erectus yang ada di Indonesia berasal dari 600.000 sampai 1,5 juta tahun yang lalu.
Usia kerangka ini menandakan kehidupan mereka berasal dari periode geologi Pleistosen (2,5 juta—11.500 tahun yang lalu). Sedangkan kerangka H. sapiens cenderung berasal dari zaman Holosen (11.430—hari ini).
Kerangka Homo floresiensis yang ada di Pulau Flores, memiliki umur yang berbeda dari masing-masing situs. Di Matamenge, Cekungan Soa kerangkanya berusia sekitar 700.000 tahun, dan di Liang Bua berusia 100—60 ribu tahun.
Keunikan lainnya, Homo floresiensis hanya ditemukan di kawasan timur kepulauan Asia Tenggara. Manusia kerdil dengan fitur serupa juga ditemukan 2019 di Luzon, Filipina yang dinamai Homo luzonensis yang berusia sekitar 67 ribu tahun.
"Umur ini tentu mirip dengan yang didapatkan di Liang Bua. Sehingga, Homo floresiensis dan Homo luzonensis memiliki umur yang sama," jelas Yahdi. "Keberadaan Homo floresiensis dan Homo luzonensis menimbulkan permasalahan dalam evolusi, terutama mengenai asal usul dan jalur evolusinya: dari mana asalnya?"
Para ahli meyakini bahwa H. sapiens dan H. floresiensis tidak punya hubungan dalam garis evolusi. H. floresiensis justru punya hubungan dengan H. luzonenesis karena memiliki umur dan ciri-ciri yang sama.
Dalam konteks evolusi, kedua spesies manusia purba berukuran kecil ini justru punya kemiripan dengan H. erectus. Meskipun tempatnya berbeda—bagian barat dan timur kepulauan Indonesia—ada kesamaan dalam hal anatomi.
Kehadiran H. floresiensis diperkirakan punya hubungan dengan penyebaran H. erectus yang bermigrasi ke kepulauan Indonesia. Pada masa Pleistosen, di mana Kepulauan Indonesia Barat terhubung dengan Asia, H. erectus terus bergerak ke arah timur. Namun, bagaimana ukurannya mengecil, masih menjadi tanda tanya hingga hari ini.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR