Pengungkapan kondisi pemutihan terumbu karang laut dalam dilakukan sejak pelayaran penelitian pada November 2019, terang para peneliti. Mereka memantau dengan kendaraan bawah air yang dioperasikan jarak jauh, dilengkapi dengan kamera yang dapat memantau kesehatan terumbu karang.
Penampakan kondisi di bawah laut dikirim langsung ke kapal penelitian yang ada di permukaan. Dengan demikian, tim peneliti kesehatan karang dapat melihat gambaran sekilas. Anda dapat melihat video terumbu karang bawah laut yang direkam oleh para ilmuwan di sini.
Uniknya, dalam pengamatan, kondisi terumbu karang yang berada di perairan dangkal tidak memiliki tanda-tanda kerusakan. Dari sinilah para peneliti meyakini bahwa ada arus air panas atau suhu laut yang lebih panas di laut dalam ketimbang laut dangkal atau pesisir.
Perubahan suhu yang ditemukan, dilakukan dengan ekspedisi berikutnya pada beberapa bulan kemudian. Para peneliti menilai serangkaian data lain yang dikumpulkan, beserta informasi dari satelit untuk memantau kondisi dan suhu laut.
Ekspedisi ke lokasi pun berjalan kembali pada 2020 dan 2022. Mereka menemukan bahwa sebagian besar dari terumbu karang kembali pulih.
Akan tetapi, pemulihan terumbu karang di laut dalam belum berarti kestabilan ekosistem turut pulih. Pasalnya, semakin sering dan meningkatnya kerusakan pada karang perairan dangkal yang terus terjadi, justru akan menutup kesenjangan manfaat bagi ekosistem yang bergantung pada terumbu karang laut dalam sekitar 30 meter hingga 150 meter.
“Oseanografi suatu wilayah dipengaruhi oleh siklus alami yang diperkuat oleh perubahan iklim. Saat ini, kawasan ini mengalami dampak serupa, bahkan lebih buruk, akibat gabungan pengaruh El Nino dan Dipol Samudera Hindia," kata Phil Hosegood, pemimpin penelitian yang merupakan Associate Professor di Physical Oceanography at the University of Plymouth.
"Meskipun kita tidak dapat menghentikan pendalaman termoklin, yang dapat kita lakukan adalah memperluas pemahaman kita tentang dampak perubahan ini terhadap lingkungan yang hanya sedikit kita ketahui. Dalam menghadapi perubahan global yang bergerak cepat, hal ini menjadi sangat mendesak.”
Bagaimanapun, terumbu karang laut dalam masih luput dari perhatian. Pengetahuan tentang keberadaan mereka dan kondisi kesehatannya mungkin punya kabar barik untuk masa depan ekosistem, selama kita bisa mempelajari dan melestarikannya.
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih Bumi, Sisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.
Source | : | EurekAlert! |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR