“Racunnya dapat membuat korbannya mengalami pendarahan dari setiap lubang dan menyebabkan pendarahan otak yang mematikan.”
Mungkinkah ular Apophis merupakan gambaran awal dan terperinci dari boomslang? Dan jika ya, bagaimana orang Mesir kuno menemukan ular yang kini hidup jauh di selatan perbatasan mereka?
Untuk mengetahuinya, mahasiswa master Isabelle, Elysha McBride, menggunakan model statistik yang disebut pemodelan relung iklim. Model ini digunakan untuk mengeksplorasi bagaimana rentang jelajah berbagai ular Afrika dan Levantine (Mediterania timur) telah berubah dari waktu ke waktu.
“Pemodelan relung iklim merekonstruksi kondisi tempat tinggal suatu spesies, dan mengidentifikasi bagian-bagian planet yang menawarkan kondisi serupa,” kata Isabelle. “Setelah model ini diajarkan untuk mengenali tempat-tempat yang cocok untuk saat ini, kita dapat menambahkan peta kondisi iklim masa lalu.”
Dari simulasi tersebut, kita dapat menghasilkan peta yang menunjukkan semua tempat di mana spesies tersebut mungkin dapat hidup di masa lalu.
Menelusuri Jejak Ular Purba
Melalui penelitiannya, Isabelle menunjukan bahwa iklim yang jauh lebih lembab pada masa awal Mesir kuno akan mendukung banyak ular yang tidak hidup di sana saat ini.
“Kami fokus pada sepuluh spesies dari daerah tropis Afrika, wilayah Maghreb di Afrika utara dan Timur Tengah yang mungkin cocok dengan deskripsi papirus,” tambahnya.
Diantara sepuluh spesies, terdapat beberapa ular berbisa yang paling terkenal di Afrika seperti mamba hitam, puff adder, dan boomslang. Dari daftar itu pula, Isabelle menemukan sembilan spesies yang diduga pernah hidup di Mesir kuno.
Banyak di antaranya yang mungkin pernah mendiami bagian selatan dan tenggara Mesir Kuno–Sudan utara modern dan pantai Laut Merah. Yang lainnya diperkirakan hidup di lembah Sungai Nil yang subur dan bervegetasi atau di sepanjang pantai utara.
“Sebagai contoh, boomslangs mungkin telah hidup di sepanjang pesisir Laut Merah di tempat-tempat yang 4.000 tahun yang lalu merupakan bagian dari Mesir,” kata Isabelle.
Isabelle menjelaskan, dari apa yang telah ia modelkan, terdapat banyak perubahan dalam iklim dan lingkungan. Pengeringan iklim dan penggurunan telah terjadi sekitar 4.200 tahun yang lalu, tapi mungkin tidak secara seragam.
Hal ini menyiratkan bahwa terdapat kemungkinan adanya jenis-jenis ular berbisa yang belum tercatat dari wilayah Mesir pada masa firaun
Penelitian kami menunjukkan betapa pentingnya memadukan teks-teks kuno dengan teknologi modern. Bahkan deskripsi kuno yang fantastis atau kurang tepat pun bisa sangat informatif.
“Pemodelan rentang jelajah kuno spesies modern dapat mengajarkan kita banyak hal tentang bagaimana ekosistem nenek moyang kita berubah sebagai akibat dari perubahan lingkungan. Kita dapat menggunakan informasi ini untuk memahami dampak interaksi mereka dengan satwa liar di sekitar mereka,” pungkas Isabelle.
Source | : | The Conversation |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR