Nationalgeographic.co.id—Stylite adalah orang-orang yang mempraktikan bentuk asketisme paling ekstrem pada era Kekaisaran Bizantium. Asketisme merupakan suatu paham atau ajaran yang meninggalkan kehidupan yang bersifat duniawi dan materi.
Paham stylite ini mulai berkembang pada masa-masa awal agama Kristen di Eropa. Mereka terdorong untuk meninggalkan dunia dan menjadi pertapa hingga mencapai tingkat ekstrem yang tidak dapat ditandingi oleh orang lain.
Mereka bahkan tinggal di atas pilar atau tiang, bahkan terkadang pilar batu alam, seperti di Meteora, Yunani. Para pertapa stylite menjadi simbol bentuk pengabdian tertinggi kepada Tuhan selama era Kekaisaran Bizantium.
Beberapa stylite lainnya (kata Yunani style yang berarti “pilar”) kemudian mengikutinya. Praktik memisahkan diri dari kehidupan dunia ini sebenarnya tidak berasal dari agama Kristen.
Para penganut agama Hindu juga telah melakukan hal yang sama selama berabad-abad, menjalani kehidupan pertapa yang ekstrem. Itu demi mencapai kesadaran yang lebih tinggi yang diperoleh melalui disiplin fisik yang ketat.
Kemudian bertentangan dengan kepercayaan umum, praktik kuno ini hilang baru-baru ini. Sebuah foto yang diambil di Athena pada tahun 1861 di Kuil Zeus Olympia menunjukkan, sebuah bangunan kecil di atasnya yang baru-baru ini dihuni oleh Stylite.
St. Simeon Stylites adalah salah satu dari orang Kristen awal yang memilih hidup secara sangat sendirian seperti itu, tetapi dia pasti bukan yang terakhir. St. Simeon Stylites yang Muda dari Lesvos juga meniru praktiknya.
Kemudian, banyak biarawan menarik diri ke wilayah Meteora dengan pilar-pilar batu alamnya dan hidup di atasnya, kemudian membangun seluruh biara di puncaknya dengan hanya tangga yang bisa dilepas untuk akses.
Ia dilahirkan sekitar tahun 390 di Sis, di ibu kota Kerajaan Armenia di Kilikia. Orang suci ini menetap di sana, kemudian pindah ke Suriah.
Versi Yunani dari nama lama kotanya, Sysion (Σίσιον), digunakan selama periode Kekaisaran Bizantium. Saat ini, reruntuhan gereja, biara, kastil, dan istana dapat dilihat di semua sisi kota kuno.
Kastil yang megah dan biara serta gereja yang dibangun oleh Leo II, yang berisi kursi penobatan raja-raja Kilikia Armenia, masih patut dicatat hingga genosida Armenia.
Pada pergantian abad kedua puluh, sekitar 5.600 dari 8.000 penduduknya adalah orang Armenia. Namun, mereka semua dideportasi atau dibunuh selama genosida Armenia.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR