Dalam seminar tersebut terdapat berbagai informasi mengenai penerapan perdagangan karbon, mulai dari penghitungan, kegiatan yang harus dilakukan pemangku kepentingan, dampak pada lingkungan dan masyarakat sekitar, sertifikasi pada pelaku usaha yang melaksanakan upaya ini, dan cara perdagangan melalui bursa karbon.
“Perdagangan karbon dan mitigasi perubahan iklim sangat erat kaitannya, karena perdagangan karbon merupakan salah satu mekanisme berbasis pasar yang digunakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim”, imbuh Dolly.
Investasi perdagangan karbon di Indonesia juga diupayakan melalui IDXCarbon. Edwin Hartanto, Kepala Unit Pengembangan Carbon Trading dan Inisitatif Baru Bursa Efek Indonesia menjelaskan, IDXCarbon menjadi sarana bagi pengusaha untuk penyedia modal dari perdagangan karbon.
"Harapan kami, selain kemudahan, keamanan, dan reliability, para pelaku perdagangan karbon akan memiliki fleksibilitas yang pada akhirnya akan mendorong perdagangan sesuai visi dan misi Pemerintah, OJK, dan Bursa Efek Indonesia," kata Edwin.
Meski berdampak positif sebagai upaya komitmen, perdagangan karbon masih memiliki kekurangan. Hal ini bisa terjadi jika implementasinya dijalankan secara optimal, seperti risiko campur tangan politik, kurangnya ketersediaan pasar karbon, dan jaminan efektivitas, fluktuasi harga dan ketidakpastian pasar, serta membutuhkan sistem pengawasan.
Melansir Betahita, pada praktiknya, perdagangan karbon justru menjadi greenwashing (tipuan pemasaran citra perusahaan terlihat ramah lingkungan yang palsu). Tidak jarang, citra hijau ini menjadi jalan menuju kegiatan yang merusak, dan berdampak negatif kepada masyarakat adat di pedalaman yang menjaga lingkungannya.
Masih ada banyak yang harus dibenahi oleh Indonesia untuk menciptakan lingkungan perdagangan yang kuat dan inklusif. Perekonomian jelas diperlukan bagi keberlangsungan negara. Namun, di satu sisi, pelestarian dan masa depan Indonesia mengurangi emisi yang nyata harus lebih matang lagi—bukan sekadar main-main citra ramah lingkungan semata.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR