Para pengumpul mayat harus menyisiri jalan untuk mengangkut mayat-mayat. Pekerjaan mereka mungkin merupakan pekerjaan yang paling tidak diinginkan dalam sejarah manusia.
Korban Wabah Hitam yang tampak mengerikan
Pengumpul mayat harus menyingkirkan korban wabah dari rumah dan tumpukan di jalan agar mereka dapat dikubur. Namun biasanya jenazah sudah tidak dalam kondisi baik ketika para petugas datang.
Seperti yang dijelaskan Boccaccio, para korban wabah mempunyai benjolan tertentu di selangkangan atau ketiak. Beberapa di antaranya tumbuh sebesar apel, yang lain sebesar telur. Selain bubo yang menggembung muncul, bintik hitam mulai menutupi tubuh.
Bubo mungkin pecah, mengeluarkan nanah berbau. Gigitan kutu yang menularkan bakteri mematikan Yersinia pestis bisa menjadi gangren. Jika penyakit ini menyerang paru-paru, korbannya mungkin akan batuk berbusa berdarah. Kemudian mengalami kejang yang berujung kematian.
Pekerjaan berbahaya para pengumpul mayat di era Wabah Hitam
Wabah Hitam merupakan wabah yang sangat mematikan dalam sejarah dunia. Ada tiga bentuk wabah berbeda yang menyerang secara bersamaan: pes, septikemia (menular melalui darah), dan pneumonia (menular melalui udara).
Para pengumpul mayat mengetahui dengan pasti betapa berbahayanya pekerjaan mereka. Seperti diberitakan Boccaccio, menyentuh barang milik korban wabah saja sudah bisa menularkan penyakit.
Dalam The Decameron, Boccaccio menceritakan kisah mengerikan tentang dua ekor babi yang tewas setelah bersentuhan dengan pria yang meninggal. “Hampir seketika, mereka berbelok beberapa kali, dan terjatuh mati, seperti terkena racun.”
Mengunjungi permakaman setiap hari
Tidak ada cukup ruang untuk menguburkan para korban Wabah Hitam dengan layak. Oleh karena itu, kota-kota di seluruh Eropa terpaksa melakukan penguburan massal. Seorang penulis kronik, Agnolo di Tura, menulis bahwa lubang-lubang besar digali dan ditimbun dalam-dalam bersama banyak orang yang tewas. Hal ini terjadi di Siena.
Jika kuburan penuh, kuburan lain akan segera digali. Agnolo melaporkan dengan ngeri, “Ada juga orang-orang yang hanya tertutup sedikit tanah. Anjing-anjing menyeret mereka keluar dan memangsa banyak mayat di seluruh kota.”
Source | : | Ranker |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR