Namun, sang emir malah jatuh cinta dengan sang putri dan masuk Kristen. Pasangan ini menetap di Kekaisaran Bizantium dan memiliki seorang putra yang dinamai Digenes Akritas.
Sisa syair ini berpusat pada protagonis itu sendiri. Dalam banyak hal, ia dikisahkan lebih mirip seperti manusia super yang sebanding dengan para pahlawan mitologi Yunani kuno seperti Heracles.
Misalnya, di masa mudanya, sang pahlawan membunuh dua beruang saat sedang berburu bersama ayahnya yang tidak bersenjata sama sekali.
Digenis Akritas juga pernah menghadapi singa dan mengalahkannya dengan tangan kosong. Dalam hal ini, ada persamaan lain dengan Heracles, yang membunuh Singa Nemea, tetapi dia juga disebut “Sampson kedua” dalam syair itu.
Dengan cara ini, tokoh protagonis menunjukkan hubungan para pahlawan mitologi Yunani dan Alkitab. Ini merupakan simbol dari budaya Kekaisaran Bizantium itu sendiri, yang merupakan perpaduan budaya Yunani Klasik, Romawi dan agama Kristen Ortodoks.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR