Mekanik, paku keling, dan tukang las perempuan mengisi kekosongan yang ditinggalkan atau diciptakan oleh permintaan masa perang. Yang lainnya, seperti pekerja kantin, menjadi sangat penting.
“Ketika kekurangan tenaga kerja terjadi, pabrik amunisi yang selalu sibuk dan berbahaya, menjadi pekerjaan perempuan,” jelas Whittaker.
Perang Dunia II: Perempuan dalam Proyek Manhattan
Peran yang jarang diketahui namun sangat penting yang dimainkan oleh perempuan adalah Proyek Manhattan–program bom atom.
Selain pekerjaan administratif, perempuan juga menjadi teknisi untuk alat pengukur, pekerjaan laboratorium, dan ilmuwan. ilmuwan perempuan seperti Lilli Hornig dan Chieng Shung Wu berkontribusi pada program atom.
“Saran Lilli Hornig adalah alasan mengapa uji coba bom atom dilakukan di lokasi gurun dan tidak dekat dengan tempat yang padat penduduk,” jelas Whittaker.
Perang Dunia II: Perempuan di Garis Depan
Tidak semua perempuan bertugas di zona konflik langsung. Banyak perawat dari Amerika dan Inggris sering kali bekerja di belakang garis depan. Mereka merawat tentara yang dievakuasi, dan beberapa di antara mereka terbunuh dalam tugas mereka.
Whittaker menjelaskan, di Uni Soviet dan negara-negara yang diduduki, memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk bertempur. “Mereka menghadapi pertempuran, kematian, dan bahkan penyiksaan.”
Lebih banyak tentara perempuan dari Soviet yang terlibat dalam pertempuran dibandingkan dengan negara-negara lain.
“Perang Dunia II, terlepas dari biaya dan kehancurannya, mendobrak pakem tradisional bagi perempuan. Untuk pertama kalinya, mereka mengambil peran dengan sukses, membuktikan kemampuan mereka,” jelas Whittaker.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR