Nationalgeographic.co.id - Dalam mitologi Romawi, Aeneas dipandang sebagai pendiri Kota Roma dan nenek moyang bangsa Romawi. Faktanya, kisah hidupnya dimulai jauh sebelum Roma muncul. Ia adalah Pangeran Troya yang mengungsi setelah perang berkepanjangan di kampung halamannya.
Mengapa bangsa Romawi menganggap seorang pangeran dari Troya sebagai bapak bangsanya? Apakah ada sejarah dan epos yang mendasarinya?
Aeneid: kisah pengembaraan Aeneas dalam mitologi Romawi dan Yunani kuno
Lahir pada tanggal 15 Oktober 70 SM, Publius Virgilius Maro atau Virgil, dianggap sebagai salah satu penyair terhebat Roma. Ia berkarya di masa pemerintahan Kaisar Augustus. Selain lengkap dan terbaik, hasil karyanya diterbitkan dan diterima dengan baik, terutama Aeneid.
Di ranjang kematiannya, Virgil memberikan instruksi yang jelas untuk menghancurkan semua salinan epos tersebut. “Jelas hal ini tidak terjadi,” tulis Pkoutoupis di laman Ancient Origins. Virgil meninggal pada tanggal 21 September 19 SM.
Virgil membacakan Aeneid kepada Augustus, Octavia, dan Livia.
Apa yang membuat Aeneid begitu istimewa? Epos ini mencatat pengembaraan Aeneas, bersama sesama pengungsi Troya. Dari Troya, mereka akhirnya menjajah Italia dan menyatukan seluruh Latium. Aeneas, sang Pangeran Troya, menjadi nenek moyang legendaris Romulus dan Remus. Pada akhirnya, ia juga dipandang sebagai nenek moyang bangsa Romawi. Kisahnya dipuja-puja sebagai epos penting di Romawi.
Tradisi Aeneas dan migrasinya dari Dardanella menyebar ke seluruh dunia Romawi. Hubungan pertama antara Aeneas, perjalanannya, dan berdirinya peradaban Romawi berasal dari tulisan penyair Latin abad ketiga, Naevius. Secara umum diyakini bahwa karya Naevius sangat menginspirasi Virgil.
Kemudian ada Tabula Iliaca, sebuah monumen Romawi yang berasal dari era Augustan dan awalnya didirikan di Bovillae. Monumen itu menggambarkan kisah tentang jatuhnya Troya.
Ada adegan yang menggambarkan Aeneas dan ayahnya Anchises. Mereka membawa benda suci dan berangkat ke Hesperia. Adegan itu diukir di prasasti bertuliskan “Kejatuhan Troya menurut Stesichorus.” Namun para sejarawan modern masih skeptis dengan kutipan ini.
Bagian dari Siklus Troya, Iliupersis, adalah epos Yunani kuno yang hilang dan hanya bertahan dalam bentuk fragmen. Apakah teks tersebut awalnya disusun oleh penyair Stesichorus abad keenam Sebelum Masehi? Penulis aslinya masih menjadi misteri dan ada atau tidaknya teks puisi yang menyinggung Aeneas masih harus divalidasi.
Tradisi-tradisi seperti ini akhirnya menghasilkan berbagai macam legenda yang dirangkai Virgil menjadi satu narasi tunggal, komprehensif, dan artistik.
Tak perlu dikatakan lagi bahwa Aeneid juga sangat terinspirasi oleh Homer yang menulis Iliad dan Odyssey.
Misalnya, kisah cinta Aeneas dengan Dido menunjukkan banyak kesamaan dengan kisah cinta Odysseus dan Calypso dalam Odyssey. Permainan pemakaman Patroclus di Buku 23 Iliad mencerminkan kompetisi yang diadakan oleh Aeneas pada peringatan kematian ayahnya. Turunnya Aeneas ke Dunia Bawah menunjukkan banyak kesamaan dengan perjalanan Odysseus dan perjalanannya ke alam Hades.
Secara historis, bukti kesusastraan tidak membentang sejauh yang kita inginkan. Hal ini meninggalkan kita pada arkeologi Mediterania selama periode yang dianggap sangat bergejolak dalam sejarah manusia.
Keruntuhan misterius Zaman Perunggu
Sekitar tahun 1200 SM, dunia Mediterania Timur membawa perubahan yang tiada duanya. Peradaban besar Zaman Perunggu runtuh dan dalam beberapa kasus hilang sama sekali dari catatan sejarah. Zaman Besi menandai awal yang baru.
Kerajaan Het segera pecah dan memunculkan negara-kota Neo-Het. Kota-kota Kanaan menghadapi kekacauan batin ketika penduduknya bermukim kembali di dataran tinggi dan komunitas yang lebih terisolasi. Bangsa Fenisia, Israel, Moab, antara lain bangkit dari abu zaman dahulu. Mesir nyaris tidak bertahan, tetapi tidak pernah mempertahankan kejayaannya.
Namun di Yunani kuno, cerita berbeda terjadi. Kerajaan Yunani Mycenaean dan wilayah pengaruhnya tiba-tiba berakhir sekitar tahun 1100 SM. Pada tahun 1050 SM, hampir semua jejak kebudayaan Mycenaean telah hilang sama sekali. Penulisan dalam skrip Linear B dihentikan. Pusat-pusat istana, kota kecil, dan desa-desa ditinggalkan. Hubungan dagang yang penting dengan dunia luar lenyap. Zaman kegelapan ini berlanjut hingga akhir abad kesembilan SM.
Sumber utama untuk periode ini berasal dari penggalian kuburan, epos Homer, dan Works and Days karya Hesiod. Penyebab penurunan ini masih belum diketahui secara pasti. Namun para ahli mengaitkannya dengan gempa bumi, kelaparan, ketidakstabilan ekonomi dan politik, pembajakan, serta invasi kelompok etnis asing.
Penulis klasik Thucydides, melukiskan gambaran di mana kota-kota menjadi kecil dan lemah serta dilanda kemiskinan. Ada kurangnya komunikasi atau perdagangan. Pembajakan dan ketidakamanan merajalela sehingga mengharuskan adanya kebutuhan untuk membawa senjata. Terjadi migrasi dan gangguan terus-menerus di antara masyarakat. Seberapa banyak hal ini mencerminkan kenyataan?
Masyarakat Laut dan migrasi ke Laut Tyrrhenian, apakah berkaitan dengan kisah Aeneas?
Dengan runtuhnya kota-kota dan negara-negara mereka, orang-orang pergi ke darat dan laut untuk mencari kehidupan dan peluang baru. Kelompok misterius ini biasa disebut sebagai Masyarakat Laut. Sebutan ini diberikan kepada mereka oleh orang Mesir kuno. Masyarakat Laut ini adalah konfederasi migran yang memainkan peran berpengaruh selama periode Akhir Zaman Perunggu di Mediterania Timur.
Shardana (terkadang disebut sebagai Sherden) adalah kelompok Masyarakat Laut yang suka berperang dan menduduki Levant sekitar abad ke-14 SM dan setelahnya. Mereka didokumentasikan dengan cukup baik di berbagai sumber.
Meskipun asal muasalnya tidak diketahui secara pasti, mereka diyakini berasal dari wilayah Aegean secara umum. Kita melihat bukti pendudukan mereka di Timur Dekat secara umum sejak Surat Amarna (EA 81, EA 122, dan EA 123) yang berasal dari abad ke-14 SM. Di sini mereka bertugas sebagai bagian dari garnisun Mesir di Byblos.
Para sarjana menemukan kesamaan antara penggambaran Shardana di Mesir dan patung perunggu abad 11-6 SM yang digali dari Pulau Sardinia (Italia). Selain itu, prasasti abad ke-9/8 SM dari kota Nora di Sardinia kuno memuat kata Srdn dalam simbol Fenisia. Apakah para migran Shardana meninggalkan Mediterania Timur untuk bermukim kembali di Pulau Sardinia? Lalu apakah mereka memberikan namanya pada pulau itu sendiri?
Kelompok Masyarakat Laut lainnya yang lebih tidak dikenal adalah Shekelesh. Mereka hanya disebutkan sepintas lalu dalam teks-teks kuno Mesir dan Ugarit. Shekelesh pertama kali muncul di Delta Nil sekitar tahun 1220 SM. Mereka kemungkinan besar berasal dari bagian barat daratan Anatolia, lebih khusus lagi, Sagalassos (perhatikan kesamaan antara namanya).
Ada juga spekulasi bahwa mereka bermigrasi ke arah barat dan bermukim kembali di Pulau Sisilia, yang dalam teks-teks selanjutnya disebut sebagai Sikel. Sama seperti Shardana, diyakini bahwa mereka juga meminjamkan nama mereka ke pulau tersebut.
Bisakah kita memvalidasi perjalanan sekelompok migran Anatolia ke arah Barat? Mereka berangkat dari Mediterania Timur dan akhirnya menetap di suatu tempat di Laut Tyrrhenian. Apakah migrasi Masyarakat Laut mengilhami kisah-kisah pengungsian Aeneas dari Troya?
Kita mempunyai beberapa potongan teka-teki arkeologi yang mungkin merujuk pada peristiwa atau rangkaian peristiwa tersebut. Namun, masih banyak hal yang perlu ditemukan dan potensi besar untuk mendapatkan petunjuk baru yang menunggu untuk digali.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR