Dia menjadi bintang media, menyambut para jurnalis di selnya dan menerima surat dari penggemar yang jatuh cinta. Bundy bahkan menikahi salah satu dari penggemarnya.
Untuk meringankan hukumannya, ia memberikan daftar petunjuk yang tak ada habisnya tentang pembunuhan tambahan yang mungkin telah dia lakukan. Ia berharap dapat menunda eksekusinya.
Upayanya tidak berhasil. Bundy dieksekusi di kursi listrik pada tahun 1989, dengan jumlah korban sebenarnya tidak diketahui.
H.H. Holmes: seorang apoteker yang membangun kastel pembunuhan'
H.H. Holmes menghabiskan awal karirnya sebagai penipu asuransi sebelum pindah ke Illinois tahun 1893. Di Illinois, ia bekerja sebagai apoteker.
Di sanalah Holmes membangun apa yang dia sebut sebagai “kastel” pembunuhannya. Kastel pembunuhan itu berupa sebuah penginapan tiga lantai yang diam-diam dia ubah menjadi ruang penyiksaan yang mengerikan.
Beberapa ruangan dilengkapi dengan lubang intip tersembunyi, saluran gas, pintu jebakan, dan bantalan kedap suara. Sementara ruangan lainnya dilengkapi jalan rahasia, tangga, dan lorong yang menuju jalan buntu.
Ada juga saluran minyak yang menuju ke ruang bawah tanah, tempat Holmes memasang meja bedah, tungku, dan bahkan rak abad pertengahan.
Holmes membawa banyak korban dan membuat mereka sesak napas dengan gas beracun. Setelah itu, ia membawa mereka ke ruang bawah tanah untuk melakukan eksperimen mengerikan.
Dia kemudian membuang mayat-mayat itu ke dalam tungku atau mengulitinya. Holmes menjual kerangkanya ke sekolah kedokteran.
Pada saat yang sama, Holmes melakukan penipuan asuransi. Ia mengumpulkan uang dari perusahaan asuransi jiwa. Holmes akhirnya tertangkap ketika salah satu rekan konspiratornya memberi tahu polisi setelah Holmes gagal memberikan pembayarannya.
Holmes akhirnya dihukum atas pembunuhan empat orang. Namun dia mengakui setidaknya 27 pembunuhan lagi sebelum digantung pada 1896.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | History |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR