Dalam catatan sejarah Mesir kuno, banyak orang memakai wig yang terbuat dari wol atau serat tumbuhan, sedangkan masyarakat kelas atas memakai wig yang terbuat dari rambut manusia.
Praktik ini juga melahirkan tukang cukur pertama di dunia. Catatan dari awal Periode Predinastik mendokumentasikan para pria yang dipekerjakan untuk memotong dan mencukur rambut dengan peralatan yang terbuat dari batu api dan cangkang.
Pada akhir periode ini, banyak orang Mesir kaya yang mempunyai tukang cukur di antara para pembantunya.
Tata rias pertama juga berasal dari masa ini, atau mungkin bahkan sejak zaman Neolitik Mesir. Pada Periodemesir
Predinastik, masyarakat Mesir dari semua kelas sosial memakai pigmen berwarna yang disebut kohl di sekitar mata mereka.
Kohl hijau paling umum digunakan pada masa pra-dinasti dan akhirnya digantikan oleh kohl hitam. Kohl memiliki khasiat obat, mengusir lalat, dan membantu melindungi mata dari sinar matahari yang terik.
Selama periode Dinasti Awal sejarah Mesir kuno, para elite mulai membangun makam yang disebut mastabas. Bangunan persegi panjang dengan dinding miring ke dalam ini adalah cikal bakal piramida.
Sistem penulisan Mesir pertama berkembang pada periode ini dari segelintir simbol menjadi sistem yang terdiri lebih dari dua ratus rekaman suara dan ideogram.
Peradaban Mesir Kuno adalah salah satu peradaban pertama di dunia yang menggunakan sistem pengukuran standar. Mereka menggunakan satuan standar untuk mengukur dan mencatat informasi penting, seperti ketinggian Sungai Nil sepanjang tahun.
Sistem pengukuran yang digunakan pada masa Dinasti Awal didasarkan pada bagian-bagian tubuh. Satuan terkecil melambangkan lebar jari.
Empat jari sama dengan satu telapak tangan, dan lima jari sama dengan satu lebar tangan. Hasta, satuan umum lainnya, sama dengan tujuh telapak tangan.
Orang Mesir kuno ahli dalam tukang batu. Selain Piramida, banyak patung batu yang tampak hidup diciptakan pada masa ini.
Source | : | History Defined |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR