Kenapa Onoda Akhirnya Menyerah?
Bagi penduduk setempat, penolakan Onoda untuk menyerah dan operasi militer yang terus dilakukannya menimbulkan masalah yang nyata dan seringkali berbahaya.
Ada beberapa insiden di mana Onoda dan rekan-rekannya terlibat bentrokan dengan petani lokal dan polisi Filipina.
Pertemuan ini terkadang mengakibatkan cedera dan tragisnya, kematian. Onoda, yang beroperasi dengan keyakinan bahwa ia masih berperang, memandang warga sipil dan otoritas lokal ini sebagai ancaman potensial, sehingga menyebabkan konflik yang tidak dapat dihindari.
Masyarakat setempat hidup dalam ketidakpastian dan ketakutan akibat pertemuan yang sporadis namun berbahaya ini.
Kemungkinan tersandung pada Onoda atau kelompoknya menyebabkan kecemasan di antara penduduk pulau, yang mempengaruhi kehidupan dan aktivitas mereka sehari-hari.
Pertanian dan perikanan, yang penting bagi perekonomian dan penghidupan lokal, sering kali terganggu.
Beberapa wilayah di pulau itu menjadi zona larangan bepergian, karena penduduk setempat berusaha menghindari potensi konfrontasi dengan para penguasa.
Titik balik terjadi pada tahun 1974, hampir 30 tahun setelah perang berakhir. Norio Suzuki, seorang petualang muda Jepang yang tertarik dengan cerita Onoda, pergi ke Pulau Lubang untuk menemukannya.
Suzuki berhasil menemukan Onoda dan mencoba meyakinkannya untuk menyerah.
Namun Onoda yang masih konsisten dengan disiplin militernya menyatakan bahwa ia hanya akan menyerah jika komandannya memerintahkannya.
Pemerintah Filipina, pada gilirannya, menghadapi situasi yang sulit. Upaya untuk menyingkirkan Onoda secara damai dipersulit oleh penolakannya yang teguh untuk percaya bahwa perang telah berakhir.
Source | : | History Defined |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR