Meskipun tentara Kartago adalah yang pertama menyadari keterampilan luar biasa dari pengumban Balearik, mereka bukanlah satu-satunya. Pada tahun 123 SM, bangsa Romawi mengincar Menorca. Namun mereka menghadapi perlawanan sengit saat tiba di Menorca.
Saat mendekat, mereka menghadapi rentetan batu berkecepatan tinggi yang menghujani kapal mereka. Menyadari keterampilan para pengumban Baleariks, orang-orang Romawi mencapai kesepakatan dengan mereka. Romawi mengintegrasikan beberapa dari para pengumban ke dalam barisan mereka untuk bertarung bersama legiun.
Bangsa Romawi akhirnya menang atas bangsa Kartago. Pengumban Balearik selalu hadir sebagai unit tambahan di tentara Romawi.
Mereka bahkan melatih setiap legiuner dalam seni menggunakan ketapel. Pada akhirnya, keahlian pengumban Balearik menjadi aset berharga bagi militer Romawi.
Akhir dari pengumban Balearik
Sejarah pengumban Balearik akhirnya mencapai akhir. Kesudahannya ditandai dengan kombinasi manuver politik dan teknologi militer yang terus berkembang.
Mesin perang Romawi, di bawah kendali Quintus Caecilius Metellus, menaklukkan Balearik tidak lama setelah tahun 123 SM. Hal ini menyebabkan konfrontasi angkatan laut melawan bajak laut yang bersekutu dengan beberapa pengumban Balearik.
Metellus berhasil merebut pulau-pulau tersebut. Kehadirannya di pulau-pulau tersebut berlangsung selama sekitar 2 tahun, di mana ia memegang kendali, mendirikan benteng, dan mendirikan kota. Kembalinya dia ke Roma memberinya kemenangan dan julukan “Balearikus.”
Seiring berjalannya waktu, penggunaan umban pun berangsur-angsur berkurang. Pelatihan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pengumban terampil sangat ekstensif. Dan kemajuan teknologi mendukung senjata yang lebih efisien.
Pengumban Balearik, meskipun sudah ketinggalan zaman karena kemajuan teknologi, akan selamanya dikenang. Semua ini berkat keterampilan mereka yang luar biasa, reputasi yang menakutkan, dan rasa hormat yang diperoleh baik dari teman maupun musuh.
Source | : | History Defined |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR