El Nino bisa berdampak lebih parah lagi. Pada abad ke-15, menurut Prieto dan rekan-rekannya dalam sebuah penelitian, kekacauan yang dialami masyarakat Chimu juga didorong oleh stabilitas politik dan kondisi perekonomian kerajaan mereka.
Oleh karena itu, para pendeta dan pemimpin mereka mungkin memerintahkan pengorbanan massal. Upaya ini adalah cara putus asa mereka demi membujuk dewa menghentikan hujan dan kekacauan.
Anak-anak yang dikubur diperkirakan berusia antara empat dan 14 tahun. Jenazah mereka dalam posisi menghadap ke laut. Beberapa di antaranya masih memiliki kulit dan rambut.
Feren Castillo, arkeolog dari National University of Trujillo, mengatakan mungkin masih banyak lagi kuburan kurban anak-anak yang dapat ditemukan di Peru, khususnya Huanchao. "Ini tidak dapat dikendalikan, hal ini terjadi pada anak-anak. Di mana pun Anda menggali, di situ ada lubang lain," tuturnya di AFP pada 2019.
Selain situs Chan Chan, akreolog jug amenemukan mayat anak-anak di lokasi penggalian di lingkungan situs Pampa la Cruz, sekitar 10 kilometer dari Chan Chan. Keduanya masih berada di kota Huanchao, Peru.
Dilansir dari National Geographic, Jane Eva Baxter, antropolog di DePaul University yang meneliti peran anak-anak di masa lalu menyebut bahwa orang Chimu menganggap anak-anak sebagai persembahan paling berharga untuk para dewa.
"Anda mengorbankan masa depan dan semua potensi itu," kata Baxter. "Semua energi dan upaya yang dihabiskan untuk melanjutkan keluarga Anda, melanjutkan masyarakat Anda di masa depan—Anda akan menghilangkannya ketika Anda mengambil seorang anak."
Source | : | AFP,National Geographic |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR