Menurut data hasil pemantauan dari unit pengelolaan koleksi ilmiah Kebun Raya Cibodas, tunas mulai teramati pada 16 Februari 2024. Bunga ini mekar sempurna tepat pada Jumat dini hari 19 April 2024 pukul 00.56 WIB dengan tinggi spadik 310,5 sentimeter dan diameter spatanya 161 sentimeter.
Sebelumnya, bunga bangkai ini terakhir berbunga pada Maret 2020 dengan tinggi mencapai 291 sentimeter dan diameter kelopak (spatha) 119 sentimeter.
Destri, Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi di BRIN, mengatakan bahwa ketinggian bunga yang sedang mekar itu melebihi tinggi bunga yang mekar pada periode sebelumnya.
“Tinggi bunga kali ini lebih dari tiga meter hal ini dikarenakan pertumbuhan vegetatifnya bagus sehingga dengan sendirinya menghasilkan umbi yang lebih besar,” ujar Destri.
Destri juga menyampaikan jika induk tanaman di Cibodas diperkirakan sudah berumur antara 32-35 tahun, karenanya tanaman tergolong herba perenial. Sampai saat ini jumlah koleksi tanaman bunga bangkai yang ada di Kebun Raya Cibodas sebanyak 10 nomor spesimen, yang terdiri atas 1 spesimen induk hasil pengoleksian berupa umbi dan 9 spesimen merupakan hasil perbanyakan dari biji.
Bentuk perbungaannya menjulang tinggi dengan tongkol atau spadiks yang dikelilingi oleh seludang atau kelopak bunga (spatha) yang saat mekar berwarna merah hati.
Tanaman endemik Sumatra ini memiliki masa berbunga empat tahun sekali dengan 3 fase pertumbuhan yaitu fase vegetative (berdaun), fase generative (berbunga) dan fase dorman (istirahat) sehingga menarik perhatian masyarakat saat tanaman ini berbunga.
Riwayat Penemuan Odoardo Beccari
Odoardo Beccari (16 November 1843 – 25 Oktober 1920), yang terkenal terutama karena menemukan bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanum). Lelaki itu berasal dari Florence, Italia. Setelah kuliah di Pisa dan Bologna, dia berangkat ke London, di mana dia belajar sejarah alam di Royal Botanic Gardens, Kew.
Beccari berteman dekat dengan James Brooke, “Raja Sarawak,” dan menerima dukungannya dalam meluncurkan ekspedisi ke Kepulauan Indonesia.
Pada 1865, Beccari berangkat ke Sarawak bersama rekan naturalis Italia Giacomo Doria (1840 – 1913), dan pasangan tersebut melakukan perjalanan melalui wilayah tersebut selama tiga tahun berikutnya untuk mengumpulkan tumbuhan dan hewan.
Dalam perjalanan singkat ke Sumatera bagian tengah pada 1878, Beccari menemukan bunga terbesar di dunia—Amorphophallus titanum, yang awalnya ia beri nama Conophallus.
Spesimen pertamanya mekar di Kew pada 1885, yang memicu keajaiban dan tontonan bagi ribuan pengunjung. Mereka terkesima menyaksikan bunga raksasa yang berbau seperti daging busuk. Siklus mekarnya hanya berlangsung selama tiga hari, sehingga tanaman ini memiliki kelangkaan ekstrem.
Semoga Beccari tersenyum menyaksikan bunga raksasa yang mekar menyemarakkan perayaan 172 tahun Kebun Raya Cibodas.
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR