Keterlibatan penggunaan peralatan mutakhir, termasuk laser CO2 dan SQUID (superconducting quantum interference device) milik laboratorium, telah membantu tim sehingga dapat menganalisis dengan tepat kristal dan magnet yang terkunci di dalamnya.
Baca Juga: Bumi yang Semakin Gawat, Akankah Tahun 2024 Menjadi Tahun Antroposen?
BuBaca Juga: Lempeng Pontus: Lempeng Bumi Misterius yang Hilang di Dekat Kalimantan
Data yang mereka peroleh menunjukkan bahwa medan magnet bumi selama Periode Ediacaran merupakan medan terlemah yang diketahui hingga saat ini. Bahkan hingga 30 kali lebih lemah dibandingkan dengan medan magnet saat ini. Kekuatan medan ultra-rendah tersebut bertahan setidaknya selama 26 juta tahun.
Kondisi medan magnet yang lemah memudahkan partikel bermuatan matahari melepaskan atom ringan seperti hidrogen dari atmosfer, sehingga menyebabkannya lepas ke luar angkasa.
Jika kehilangan hidrogen dalam jumlah besar, maka lebih banyak oksigen yang tersisa di atmosfer daripada bereaksi dengan hidrogen untuk membentuk uap air. Reaksi-reaksi ini dapat menyebabkan penumpukan oksigen seiring berjalannya waktu.
Hilangnya hidrogen selama puluhan juta tahun menyebabkan peningkatan oksigenasi di atmosfer dan permukaan laut. Kondisi seperti ini sangat memungkinkan bagi munculnya bentuk kehidupan yang lebih maju.
“Jika medan yang sangat lemah ini tetap ada setelah Ediacaran, Bumi mungkin terlihat sangat berbeda dari planet kaya air seperti sekarang: hilangnya air mungkin akan mengeringkan Bumi secara bertahap,” tutur Tarduno.
Tarduno dan tim penelitinya sebelumnya menemukan bahwa kekuatan medan geomagnetik pulih selama Periode Kambrium berikutnya, ketika sebagian besar kelompok hewan mulai muncul dalam catatan fosil, dan medan magnet pelindung terbentuk kembali, sehingga memungkinkan kehidupan untuk berkembang.
“Sangat menarik untuk berpikir bahwa proses di inti bumi pada akhirnya dapat dikaitkan dengan evolusi,” ujar Tarduno. “Saat kita memikirkan kemungkinan adanya kehidupan di tempat lain, kita juga perlu mempertimbangkan bagaimana bagian dalam planet terbentuk dan berkembang.”
Source | : | University of Rochester |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR