Nationalgeographic.co.id-Dalam sejarah Yunani kuno, tidak ada penjara seperti yang kita kenal saat ini. Hanya ada pusat penahanan sementara di mana para penjahat didenda, diasingkan, atau dieksekusi.
“Konsep penahanan sebagai bentuk hukuman tidak lazim seperti di zaman modern. Sebaliknya, hukuman lebih difokuskan pada pembalasan dan pencegahan daripada rehabilitasi,” tulis Tasos Kokkinidis, pada laman Greek Reporter.
Dalam kasus-kasus di mana seseorang melakukan kejahatan serius, mereka mungkin menghadapi pengasingan dari negara kota mereka atau bahkan eksekusi.
Selain itu, para pengutang dapat dipenjara hingga mereka melunasi utangnya. Tetapi ini bukanlah sistem penjara formal seperti yang kita miliki saat ini.
Sebaliknya, ini lebih merupakan solusi sementara untuk masalah utang yang tidak terbayar.
Namun, tidak adanya hukuman penjara, dan juga fakta bahwa orang miskin tidak dapat membayar denda menyebabkan penggunaan eksekusi mati yang berlebihan untuk kejahatan-kejahatan kecil.
Bagi masyarakat Athena atau Sparta, gagasan untuk mengurung seorang penjahat di penjara adalah pemborosan keuangan kota. Oleh karenanya, mereka akan memilih solusi yang jauh lebih ekonomis dan efisien
Satu-satunya tempat yang menyerupai penjara adalah desmotrion. Namun, ruangan ini hanya menampung para penjahat yang dihukum untuk menunggu diadili atau dieksekusi.
Desmotrion menjadi lebih terkenal di kalangan ahli modern karena kisah pengadilan Socrates. Sang filsuf ditahan setelah persidangannya dan sebelum eksekusinya.
Sejarawan Virginia Hunter membuat penggambaran desmoterion Athena. Menulis di Journal Phoenix, ia mengatakan bahwa kondisi kehidupan di dalamnya sangat keras.
"Para narapidana dipaksa memakai belenggu dan mengeluhkan penderitaan fisik. Namun, tampaknya sofa dan pemandian disediakan, serta ada kesempatan untuk meninggalkan penjara setidaknya untuk satu festival besar. Hak istimewa untuk pembesuk pun tidak dibatasi dengan cara apa pun," kata sang sejarawan.
Baca Juga: Ephialtes, Pengkhianat Besar Sejarah Yunani Kuno Berakhir Mengenaskan
Pengucilan alih-alih penjara di Yunani kuno
Athena kuno juga menggunakan metode pengasingan, yang dikenal sebagai “ostrakisme”, untuk menangani pelaku kejahatan dan lawan politik. Orang yang diasingkan akan dikeluarkan dari kota selama sepuluh tahun.
Ostrakisme merupakan bagian dari proses demokratis tahunan di Athena, dan keputusan untuk melakukannya dibuat oleh majelis warga setiap tahun.
Seperti yang ditulis Chris Mackie, Profesor Studi Yunani di La Trobe University, dalam The Conversation, setiap tahun majelis warga negara ("ekklesia") memutuskan apakah akan mengadakan pengucilan atau tidak.
Jika mereka setuju untuk melakukannya, prosesnya akan dimulai tak lama kemudian. Hal ini seperti sebuah pemilihan umum yang terbalik: tak ada seorang pun yang ingin menang.
Warga memiliki kesempatan untuk menuliskan nama orang yang ingin mereka usir pada potongan tembikar yang disebut "ostrakon”.
“Bukti kuno ini agak kontradiktif, tetapi tampaknya jika ada 6.000 suara yang masuk dalam pemungutan suara, maka orang dengan jumlah suara terbanyak akan diasingkan dari Athena selama sepuluh tahun,” kata Mackie.
Mackie menambahkan, “Mereka memiliki waktu sepuluh hari untuk mengemasi barang-barang mereka dan pergi.”
Kota dapat memanggil kembali seseorang dari pengasingan sebelum akhir sepuluh tahun, jika mereka merasa perlu untuk melakukannya. Hal ini benar-benar terjadi dalam beberapa kasus terkenal, seperti dalam kasus Aristides selama perang Persia.
Selain itu, pengucilan juga bisa menjadi tindakan culas, dan segala macam tipu muslihat mungkin terjadi untuk menyingkirkan orang-orang tertentu.
Baca Juga: Terkenal akan Kuilnya, Seperti Apa Rumah-Rumah di Era Yunani Kuno?
Plato: Orang Pertama yang Mengusulkan Hukuman Penjara
Plato, murid Socrates, dalam karyanya "Laws" adalah orang pertama yang mengusulkan hukuman penjara. Salah satu prinsip utama Plato mengenai hukuman adalah gagasan proporsionalitas.
Dia percaya bahwa hukuman harus sesuai dengan kejahatan, yang bertujuan untuk mencapai keadilan dan menjaga ketertiban sosial. Dia juga menekankan pentingnya rehabilitasi daripada sekadar pembalasan.
Plato mengusulkan berbagai hukuman tergantung pada tingkat keparahan pelanggaran. Sebagai contoh:
* Denda: Hukuman denda dapat dijatuhkan untuk pelanggaran ringan atau sebagai bentuk ganti rugi kepada korban.
* Pengasingan: Pelanggaran serius mungkin memerlukan pengasingan dari komunitas atau negara kota. Hukuman ini tidak hanya berfungsi sebagai pencegah tetapi juga sebagai sarana untuk melindungi masyarakat dari individu yang dianggap berbahaya.
* Pendidikan ulang: Plato menganjurkan gagasan pendidikan ulang atau rehabilitasi bagi para pelanggar. Alih-alih hanya berfokus pada hukuman, ia percaya dalam mengatasi akar penyebab perilaku kriminal dan berusaha untuk mereformasi individu melalui pendidikan dan pengembangan moral.
* Eksekusi: Dalam kasus-kasus ekstrem di mana kejahatan dianggap parah dan tidak dapat diperbaiki, Plato mengakui kemungkinan menggunakan hukuman mati. Namun, ia memandang ini sebagai pilihan terakhir dan percaya bahwa hukuman ini harus diterapkan dengan hati-hati.
Di sisi lain, Aristoteles, murid Plato, menentang pandangannya dan mengklaim bahwa penjahat berbahaya secara sosial. Dia menyimpulkan bahwa mereka harus dihukum sekeras binatang, tergantung pada kejahatannya.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR