Partai Komunis China menyerukan warganya untuk bersatu melawan hama yang dianggap sebagai ancaman kesehatan masyarakat.
Poster-poster propaganda yang disebarluaskan mendorong penggunaan alat-alat seperti pemukul lalat, genderang, gong, dan bahkan senjata api untuk membasmi hama ini.
Masyarakat merespon dengan penuh semangat. Mereka melakukan berbagai cara untuk memusnahkan empat hama utama: tikus, lalat, nyamuk, dan burung pipit.
Melansir World Atlas, burung pipit menjadi target utama karena dianggap sebagai hama yang memakan hasil panen.
Warga didorong untuk membuat keributan dengan panci, wajan, dan drum untuk menakuti burung pipit dan membuatnya kelelahan hingga jatuh dari langit. Sarang burung pipit dihancurkan, telur-telurnya dipecahkan, dan anakan-anakannya dibunuh.
Pemerintah memberikan penghargaan kepada sekolah, kelompok kerja, dan lembaga pemerintah yang berhasil membunuh hama terbanyak. Upaya ini terbukti efektif dan berhasil membunuh 1,5 miliar tikus, 1 miliar burung pipit, lebih dari 220 juta pon lalat, dan lebih dari 24 juta pon nyamuk.
Tujuan Berhasil, Bencana Melanda
Kampanye Empat Hama memang berhasil mencapai tujuannya dalam membasmi hama. Namun, kesuksesan ini datang dengan konsekuensi yang tak terduga.
Pemusnahan massal burung pipit, yang sebenarnya memakan serangga dan bukan biji-bijian, mengakibatkan ledakan populasi serangga, terutama belalang.
Belalang, yang tidak lagi memiliki predator alami, bebas memakan tanaman di seluruh negeri. Hal ini menyebabkan gagal panen dan kelaparan yang meluas.
Pada tahun 1959, produksi tanaman telah berkurang 15 persen. Penurunan ini berlanjut hingga 70 persen pada tahun 1962. Kekeringan, banjir, dan perubahan kebijakan pertanian lainnya memperparah situasi.
Akibatnya, antara 15 dan 36 juta orang meninggal karena kelaparan. Tragedi ini memaksa pemerintah untuk mengakhiri Kampanye Empat Hama dan mengganti targetnya dengan kutu busuk.
Kampanye Empat Hama menjadi contoh nyata bagaimana upaya untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang cepat dan drastis dapat membawa konsekuensi yang tak terduga dan fatal.
Ketidakseimbangan ekologis yang ditimbulkan oleh kampanye ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam dan mempertimbangkan dampak jangka panjang dari tindakan manusia.
Kampanye Four Pests Mao Zedong menjadi pengingat pahit bahwa upaya untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang cepat dan drastis dapat membawa konsekuensi yang tak terduga dan fatal.
Ketidakseimbangan ekologis yang ditimbulkan oleh kampanye ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam dan mempertimbangkan dampak jangka panjang dari tindakan manusia.
Kisah tragis Kampanye Four Pests harus menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu berhati-hati dalam mengambil tindakan, dan untuk selalu mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan dan umat manusia.
KOMENTAR