Nationalgeographic.co.id—Fosil bisa menjadi salah satu jendela untuk mengintip sejarah dunia di masa lampau. Melalui fosil tersebut para ilmuwan bisa juga memperoleh wawasan yang sebelumnya tidak diketahui.
Begitu pun dengan temuan fosil terbaru kali ini, yang ditemukan di wilayah Mazon Creek, Illinois, yang terkenal dengan temuan fosil-fosilnya.
Fosil tersebut diperkirakan berumur 308 juta tahun. Dari bentuk fosil tersebut, para ilmuwan sebelumnya menyatakan bahwa fosil itu merupakan fosil arakhnida dan memberinya nama Douglassarachne acanthopoda. Akan tetapi, setelah melalui penelitian lebih lanjut, keraguan pun muncul.
“Nama genus Douglassarachne mengakui keluarga Douglass, yang dengan baik hati menyumbangkan spesimen tersebut ke Field Museum of Natural History di Chicago untuk studi ilmiah setelah menjadi jelas bahwa fosil itu mewakili spesies yang belum dideskripsikan,” kata Jason Dunlop dari Museum für Naturkunde Berlin, salah satu penulis studi ini.
“Kemudian, acanthopoda mengacu pada kaki binatang yang berduri dan unik,” tuturnya.
Penampilan arakhnida dengan kaki berduri ini menjadikannya mirip seperti laba-laba pemanen modern. Meski bentuk tubuhnya berbeda.
Menurut ilmuwan, lebih dari 300 juta tahun yang lalu, berbagai macam jenis arakhnida akan terlihat merayap di sekitar hutan batubara Karbon di Amerika Utara dan Eropa. Mereka akan tampak seperti hewan-hewan yang kita kenal saat ini, misalnya saja laba-laba pemanen dan kalajengking.
Namun ada juga arakhnida yang cukup aneh di habitat ini yang termasuk dalam kelompok yang sekarang sudah punah. Bahkan di antara spesies-spesies asing yang kini hilang ditelan waktu, ada satu spesies yang menonjol karena kakinya yang berlapis baja.
“Douglassarachne acanthopoda berasal dari wilayah Mazon Creek yang terkenal di Illinois dan berusia sekitar 308 juta tahun,” kata penulis utama Paul Selden dari Universitas Kansas dan Museum Sejarah Alam London. Bersama rekannya, Jason Dunlop, ia menerbitkan temuannya itu di Journal of Paleontology pada 17 Mei 2024.
“Arakhnida kompak ini memiliki panjang tubuh sekitar 1,5 sentimeter dan dicirikan oleh kakinya yang sangat kuat dan berduri – sehingga tidak seperti arakhnida lain yang diketahui, hidup atau punah,” tutur Selden.
Menurut peneliti Universitas Kansas mengatakan bahwa Carboniferous Coal Measures merupakan sumber informasi penting mengenai fosil arakhnida, yang mewakili pertama kalinya dalam sejarah bumi ketika sebagian besar kelompok arakhnida yang hidup muncul secara bersamaan. Namun faunanya masih sangat berbeda dengan saat ini.
Baca Juga: Mengenal Superbenua Terakhir Pangea, Terpecah Menjadi Tujuh Benua
“Laba-laba adalah kelompok yang agak langka, hanya diketahui pada saat itu dari garis keturunan primitif, dan mereka berbagi ekosistem ini dengan berbagai arakhnida yang telah lama punah,” kata Dunlop.
“Douglassarachne acanthopoda adalah contoh yang sangat mengesankan dari salah satu bentuk hewan punah ini. Kaki fosil yang sangat berduri mengingatkan kita pada laba-laba pemanen modern, namun bentuk tubuhnya sangat berbeda, sehingga kemungkinan masuk kelompok arakhnida lain,” ujarnya.
Hal ini membuat kedua ilmuwan menyimpulkan bahwa ia tidak termasuk dalam ordo arakhnida mana pun yang diketahui.
Sayangnya, detail seperti bagian mulut tidak dapat dilihat, sehingga sulit untuk mengatakan secara pasti kelompok arakhnida mana yang merupakan kerabat terdekatnya, kata Selden.
“Bisa jadi milik kelompok yang lebih luas, termasuk laba-laba, laba-laba cambuk, dan kalajengking cambuk. Apa pun kesamaan evolusionernya, arakhnida berduri ini tampaknya berasal dari masa ketika arakhnida sedang bereksperimen dengan berbagai bentuk tubuh yang berbeda. Beberapa di antaranya kemudian punah, mungkin selama apa yang disebut 'Runtuhnya Hutan Hujan Karbon', tidak lama setelah usia Mazon Creek ketika hutan batu bara mulai terfragmentasi dan mati. Atau mungkin arakhnida aneh ini bertahan hingga akhir kepunahan massal Permian?"
Menurut tim peneliti, lokasi fosil Mazon Creek adalah salah satu jendela terpenting menuju kehidupan di akhir Zaman Karbon, yang menghasilkan beragam tumbuhan dan hewan yang menakjubkan.
Source | : | University of Kansas |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR