Namun, bangsa Mongol di bawah pimpinan Genghis Khan adalah yang paling terkenal. Hal tersebut terjadi setelah mereka menjarah Zhongdu pada tahun 1215 dalam upaya ekspansi kekaisaran mereka yang luas hingga ke Asia dan Eropa.
Bangsa Mongol juga berperan penting dalam membentuk wajah Beijing modern. Enam puluh tahun setelah penjarahan Zhongdu, Kublai Khan, cucu Genghis Khan, memindahkan ibu kota dari Shangdu ke kota baru di timur laut Zhongdu lama.
Kota baru ini, yang dibangun di lokasi Beijing saat ini, disebut Khanbaliq dalam bahasa Mongol, atau "Kota Khan." Dalam bahasa Tionghoa, kota ini dikenal sebagai "Ibu Kota Besar" atau Dadu. Beberapa situs bersejarah, jalan, dan hutong di Beijing saat ini masih menyimpan jejak dari masa pemerintahan Mongol.
Meskipun bangsa Mongol berhasil menaklukkan sebagian besar dunia yang dikenal saat itu, mereka tidak dapat mempertahankan kekuasaan atas Tiongkok untuk waktu yang lama.
Semakin Mantapnya Posisi Beijing di Bawah Dinasti Ming
Kurang dari satu abad setelah pemindahan ibu kota ke Dadu, sebuah pemberontakan besar berhasil mengusir bangsa Mongol kembali ke pegunungan dan stepa. Pemberontak tersebut adalah Dinasti Ming.
Namun, Dinasti Ming lebih memilih Nanjing yang berada di Selatan, sebagai pusat pemerintahan mereka. Meski demikian, mereka tetap memperkuat wilayah Utara.
Hal ini dilakukan untuk mencegah orang-orang Mongol kembali menyerang. Untuk itulah pendiri Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang, mengirim putranya yang cakap, Zhu Di, ke wilayah sekitar Khanbaliq lama. Tujuannya satu: mengamankan wilayah utara.
Zhu Di lalu memperkuat pertahanan dengan menambahkan batu bata dan menara pada tembok tanah yang sudah ada untuk melindungi perbatasan utara Tiongkok. Dia juga berhasil melancarkan beberapa serangan terhadap wilayah Mongol dan menjaga keamanan kerajaan.
Namun prestasi tersebut tidak cukup untuk membuat ayahnya memilih dirinya sebagai pengganti. Ketika ayahnya meninggal dunia, Zhu Di tidak dipilih sebagai pengganti dan posisi tersebut diberikan kepada salah satu cucu Zhu Yuanzhang.
Zhu Di tidak terima dengan keputusan tersebut. Dia mengumpulkan pasukannya, bergerak ke selatan, dan menyerang istana keponakannya. Nasib keponakan itu tidak diketahui pasti; ada yang percaya dia melarikan diri ke barat sementara yang lain meyakini dia tewas terbakar hidup-hidup di kamarnya sendiri saat pasukan pamannya membakar istana.
Baca Juga: Mangkuk Ayam Jago: Warisan Dinasti Ming yang Melegenda di Indonesia
KOMENTAR