Namun, sedikit orang menyadari bahwa selain suara di atas permukaan air, kuda nil juga berkomunikasi di bawah air. Studi menunjukkan bahwa hingga 80% vokalisasi kuda nil terjadi di bawah permukaan air. Beberapa lagu sub-aquatic ini sangat mirip dengan panggilan berfrekuensi tinggi yang dihasilkan oleh paus.
Secara visual, gurat lebar yang terkenal adalah isyarat bahasa tubuh paling terkenal dari kuda nil. Sendi rahang terletak jauh di bagian belakang tengkorak, dan otot orbicularis oris (otot yang kita semua miliki di sekitar mulut) dilipat sedemikian rupa pada kuda nil. Hal ini, membuat, saat terbuka sepenuhnya, mulutnya dapat membuka hampir 180 derajat.
Ini mengekspos taring yang mengintimidasi, terutama pada jantan dewasa, dan biasanya harus diartikan sebagai ancaman. Taring caninus bawah melengkung ke atas dan dapat tumbuh lebih dari 50 cm, sementara gigi seri bawah membentuk barikade tombak menghadap ke depan.
Taring ini digunakan sebagai senjata ofensif, terutama saat dua jantan bertarung.
Pertarungan antara jantan yang memperebutkan wilayah menjadi lebih umum ketika air yang tersedia mulai berkurang selama musim kemarau.
Bentrokan ini bisa sangat ganas dan fatal jika salah satu pihak tidak mundur. Jantan yang kalah akan diusir, yang, ketika air sedikit, bisa menjadi hukuman mati di bawah terik matahari karena kulit mereka yang sensitif.
Hewan paling berbahaya di Afrika
Kuda nil memang memiliki reputasi sebagai hewan yang berbahaya. Taring mereka yang menakutkan seringkali menjadi momok bagi siapa saja yang bertemu dengan mereka, termasuk manusia.
Namun, pernyataan bahwa kuda nil adalah “hewan paling berbahaya di Afrika” dan “pembunuh terbanyak di benua ini” perlu dilihat dengan lebih cermat.
Pertama-tama, mari kita ingat bahwa nyamuk Anopheles yang menyebarkan malaria juga dianggap sebagai hewan, dan secara tidak langsung menyebabkan kematian hingga setengah juta orang setiap tahun.
Selain itu, buaya juga memiliki potensi membunuh jumlah yang sama, atau bahkan lebih banyak daripada kuda nil. Namun, mayat korban sering tidak ditemukan, sehingga statistik ini mungkin tidak selalu mencerminkan kenyataan.
Kuda nil memang memiliki karakteristik yang membuatnya berbahaya. Mereka adalah hewan berukuran besar dengan senjata taring yang mematikan. Selain itu, mereka bisa berlari lebih cepat daripada manusia, kecuali jika Anda kebetulan memiliki kemampuan lari seperti Usain Bolt.
Namun, perlu diingat bahwa kuda nil adalah hewan akuatik. Mereka merasa aman di dalam air dan jarang mengganggu orang ketika sepenuhnya terendam. Ancaman terjadi ketika orang berada di antara mereka dan tempat perlindungan mereka, atau ketika musim kemarau membuat ruang menjadi langka.
Jadi, saran terbaik adalah menjauh dari jalur kuda nil dan menghormati wilayah mereka. Namun, bagi banyak orang yang bergantung pada sistem sungai dan hidup tanpa air mengalir, ini mungkin bukan pilihan yang mudah.
Nasib sang insinyur ekosistem
Tentu saja, seberbahaya apapun kuda nil bagi manusia, kita juga telah menyebabkan kerusakan pada spesies mereka, dan kini mereka hanya mendiami sebagian kecil dari wilayah historis mereka.
Saat ini, IUCN memperkirakan ada sekitar 115.000 hingga 130.000 ekor Hippopotamus amphibius di Afrika dan mencatat status konservasi mereka sebagai “Rentan”.
Meskipun para penilai telah mencatat tren populasi secara keseluruhan sebagai stabil daripada menurun, masih banyak bagian di Afrika di mana jumlah kuda nil telah menurun drastis. Kerabat dekat mereka, kuda nil kerdil, terdaftar sebagai “Terancam punah”, dan diyakini hanya ada kurang dari 2.500 ekor yang tersisa.
Ancaman utama yang dihadapi oleh kuda nil adalah hilangnya habitat (seperti halnya semua mamalia besar di Afrika) dan perburuan untuk taring mereka, yang bernilai dalam perdagangan gading. Mereka juga sering menjadi korban perburuan daging liar.
Namun, seperti mamalia besar lainnya seperti gajah dan badak, kuda nil adalah insinyur ekosistem penting. Jumlah kotoran yang dilemparkan ke dalam air oleh ekor mereka (yang sangat disukai oleh para wisatawan) memberikan nutrisi bagi banyak spesies akuatik yang menghuni aliran air di Afrika.
Selain itu, pergerakan mereka melalui saluran dan sepanjang dasar sungai membantu mencegah penumpukan lumpur dan material mati, meningkatkan aliran sungai.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
KOMENTAR