Sulit untuk menyelaraskan posisi hak-hak hewan dengan pengelolaan spesies invasif yang tepat. Aktivisme hak-hak hewan memiliki pengaruh yang penting dalam pemilihan umum di Kolombia dalam hal perpecahan politik.
Setelah 14 tahun mendapat tekanan terus menerus, aktivis hak-hak binatang berhasil mencegah pengendalian dan pemberantasan kuda nil Escobar. Meningkatnya jumlah populasi, yang antara lain disebabkan oleh aktivisme hak-hak hewan, membuat program konservasi dan pemberantasan menjadi lebih mahal.
Pada awalnya hanya memakan sekitar 10 hewan yang dieutanasia untuk tujuan konservasi. Kini diperkirakan bahwa terdapat lebih dari 200 ekor dan populasinya berkembang pesat.
Ancaman yang muncul bila kuda nil Pablo Escobar terus berkembang biak
Selain itu, terdapat tekanan waktu yang besar dalam upaya pengendalian. Jika kuda nil terus berkembang biak, ambang batas pengelolaan dan penahanan akan terlampaui. Maka seiring berjalannya waktu, Kolombia harus memulai strategi yang lebih mahal yaitu pemberantasan secara permanen.
Skenario kasus yang sangat mungkin terjadi ini adalah masa depan yang paling buruk. Pasalnya, hal ini akan melibatkan pembantaian hewan secara terus-menerus dan masalah lingkungan yang lebih besar yang akan berdampak pada manusia.
Urgensinya berada pada titik tertinggi. Dari sudut pandang ekologi, etika dan finansial, tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Semua upaya harus diarahkan untuk mencegah kuda nil mencapai titik yang mustahil untuk menampungnya.
Namun, masih terdapat ketegangan antara perspektif hak-hak hewan dan konservasi. Menteri Lingkungan Hidup Kolombia, Susana Muhammad, berusaha mendamaikan kedua pihak yang berseteru.
Muhammad mengusulkan untuk mengadaptasi proposal pengelolaan kucing liar yang disetujui hak asasi hewan untuk kasus kuda nil. Strategi ini terdiri dari penangkapan, sterilisasi, dan pelepasan kucing liar.
Dalam kasus kuda nil, usulan semacam itu berarti pengebirian, translokasi (mengirim mereka ke belahan dunia lain), dan eutanasia sebagai pilihan terakhir.
Tindakan ini menimbulkan dampak buruk di mata komunitas ilmiah Kolombia. Karena tidak adanya tindakan selama berpuluh-puluh tahun, beberapa orang merasa puas dengan tindakan kebiri. Bagi mereka, tidak melakukan apa pun akan lebih buruk.
Namun, pihak lain, seperti Biodiversos, menganggap bahwa Kementerian Lingkungan Hidup Kolombia telah melakukan kesalahan. Kementerian dianggap tidak mengikuti rekomendasi teknis yang telah diberikan oleh para ilmuwan.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR