Bukan hanya karena cinta, ada alasan lain mengapa Maria tidak bisa meninggalkan suaminya. Ia takut akan ketidakberdayaan dan ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi pada keluarganya bila mereka meninggalkan Escobar. Ia bahkan takut jika orang paling berbahaya di Kolombia itu akan menyakitinya bila ia kabur.
Bagaimana Maria Victoria Henao Menjadi Nyonya Escobar?
Pada tanggal 29 Maret 1976, nenek Maria membawa Maria ke rumah Uskup Palmira, Monsignor Jesus Antonio Castro.
Pernikahan Pablo Escobar dan Maria diadakan pada pukul 6 di Gereja Santisima Trinidad di Palmira. Orang tuanya tidak hadir, apalagi saudara-saudaranya. Tak seorang pun dari keluarga Escobar juga hadir di sana.
Meski bahagia, Maria juga diliputi rasa takut akan apa yang akan terjadi setelahnya. Ketidaksetujuan orang tua, saudara-saudara, dan seluruh lingkungan sekitar membuatnya khawatir.
Escobar merasakan hal yang berbeda. Ia bahagia dan mengatakan kepada istrinya, “Kita akan bersama selamanya, Sayangku.”
Kehidupan pernikahan dimulai dengan Maria berangkat ke sekolah pada pagi hari. Ia pulang pada sore hari untuk mengerjakan pekerjaan rumah, memasak, bersih-bersih, mencuci piring, dan menambal pakaian Escobar. Tidak ada yang menarik, tetapi ia sangat senang dengan peran barunya.
Namun yang menyulitkan Maria adalah bahwa Escobar mulai sering bepergian, konon untuk bekerja. Kerja apa? Maria pun tidak mengetahuinya.
Yang Maria tahu, usaha Escobar mencari nafkah dibarengi dengan main perempuan. Gosip tentang perselingkuhannya terus-terusan muncul dan hal itu sangat menyakitkan bagi Maria yang masih sangat muda.
“Semua laki-laki itu sama,” pikir Maria, “Saya tidak akan membiarkannya begitu saja.”
Escobar, Maria, dan Para Gundik sang Raja Kokain
Pada tanggal 24 Februari 1977, kurang dari setahun setelah pasangan itu menikah, Maria melahirkan anak pertama. Saat itu Maria berada di tahun keempat sekolah menengah.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR