Nationalgeographic.co.id—“Bagaimana kamu bisa tidur dengan monster itu?” tanya salah satu korban Pablo Escobar kepada istri sang raja kokain itu. “Mengapa kamu tidak melakukan apa pun?”
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin adalah pertanyaan yang ditanyakan oleh ribuan orang. Jawabannya adalah karena Maria Victoria Henao benar-benar mencintai suaminya itu.
Banyak orang menganggap jawaban itu tidak meyakinkan. Namun itu menjadi alasan mengapa Maria tetap setia pada suaminya.
Meski begitu, sang istri berulang kali tidak menyetujui beberapa tindakan dan keputusan suaminya itu.
Setiap hari di akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an merupakan persoalan hidup atau mati bagi seluruh warga Kolombia. Kolombia bak disandera oleh perang melawan raja kokain Pablo Escobar.
Maria bertemu Pablo Escobar ketika berusia 12 tahun. Adapun calon suaminya itu berusia 23 tahun. Escobar adalah cinta pertama dan satu-satunya dalam hidup Maria.
Menikah dengan Escobar di gereja, Maria percaya bahwa janji pernikahan harus dihormati. Ia dibesarkan dalam budaya bahwa perempuan diajari untuk mengikuti suami mereka tanpa bertanya.
Sebagai pengantin muda, Maria tumbuh dengan dibentuk oleh Pablo untuk menjadi istrinya dan ibu dari anak-anaknya. Sang suami tidak mengajarinya untuk bertanya atau menantangnya.
“Dia adalah cinta pertama dan satu-satunya dalam hidupku,” ungkap Maria di buku Mrs Escobar: My Life with Pablo.
Selama menikah, Maria menanggung perselingkuhan suaminya, penghinaan, kebohongan, kesepian, penggerebekan, ancaman pembunuhan, dan serangan teroris. Tidak jarang, ada upaya penculikan terhadap anak-anak mereka.
Maria dan keluarganya bahkan hidup dalam pengasingan dalam jangka waktu yang cukup lama. Semua itu dilakukannya demi cintanya kepada sang suami.
Baca Juga: Dunia Hewan: Kuda Nil Milik Pablo Escobar yang Membuat Resah Kolombia
Bukan hanya karena cinta, ada alasan lain mengapa Maria tidak bisa meninggalkan suaminya. Ia takut akan ketidakberdayaan dan ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi pada keluarganya bila mereka meninggalkan Escobar. Ia bahkan takut jika orang paling berbahaya di Kolombia itu akan menyakitinya bila ia kabur.
Bagaimana Maria Victoria Henao Menjadi Nyonya Escobar?
Pada tanggal 29 Maret 1976, nenek Maria membawa Maria ke rumah Uskup Palmira, Monsignor Jesus Antonio Castro.
Pernikahan Pablo Escobar dan Maria diadakan pada pukul 6 di Gereja Santisima Trinidad di Palmira. Orang tuanya tidak hadir, apalagi saudara-saudaranya. Tak seorang pun dari keluarga Escobar juga hadir di sana.
Meski bahagia, Maria juga diliputi rasa takut akan apa yang akan terjadi setelahnya. Ketidaksetujuan orang tua, saudara-saudara, dan seluruh lingkungan sekitar membuatnya khawatir.
Escobar merasakan hal yang berbeda. Ia bahagia dan mengatakan kepada istrinya, “Kita akan bersama selamanya, Sayangku.”
Kehidupan pernikahan dimulai dengan Maria berangkat ke sekolah pada pagi hari. Ia pulang pada sore hari untuk mengerjakan pekerjaan rumah, memasak, bersih-bersih, mencuci piring, dan menambal pakaian Escobar. Tidak ada yang menarik, tetapi ia sangat senang dengan peran barunya.
Namun yang menyulitkan Maria adalah bahwa Escobar mulai sering bepergian, konon untuk bekerja. Kerja apa? Maria pun tidak mengetahuinya.
Yang Maria tahu, usaha Escobar mencari nafkah dibarengi dengan main perempuan. Gosip tentang perselingkuhannya terus-terusan muncul dan hal itu sangat menyakitkan bagi Maria yang masih sangat muda.
“Semua laki-laki itu sama,” pikir Maria, “Saya tidak akan membiarkannya begitu saja.”
Escobar, Maria, dan Para Gundik sang Raja Kokain
Pada tanggal 24 Februari 1977, kurang dari setahun setelah pasangan itu menikah, Maria melahirkan anak pertama. Saat itu Maria berada di tahun keempat sekolah menengah.
Hari itu, Maria mengikuti kelas matematika dan ujian bahasa Inggris dengan seorang guru yang menakutkan. Ketika bangun pagi itu, Maria merasakan tanda-tanda pasti bahwa bayinya akan segera lahir. Meski begitu, ia tidak ingin melewatkan ujian.
Ketika ujian telah selesai, Maria pun menemui gurunya.
“Guru,” katanya dengan suara serak karena kontraksi yang terus-menerus, “Saya harus pergi. Air ketuban saya pecah.”
“Kamu belum bisa meminta izin, Victoria,” jawab sang guru. Ia tidak menyadari bahwa muridnya sedang mengandung dan hampir melahirkan.
Akhirnya, Maria diberi izin dan berjalan dua blok menuju rumah ibunya. Dalam perjalanan, Maria harus berhenti setiap 10 detik karena rasa sakit yang menyiksa akibat kontraksi.
Setengah jam setelah Maria tiba di Rumah Sakit El Rosario di pusat kota Medellin, bayinya lahir. Maria memberi kabar kepada teman-temannya agar mereka datang mengunjungi ia dan bayinya, Juan Pablo.
Selama dekade berikutnya, Pablo Escobar menjadi sangat kaya.
Kekayaan Escobar memungkinkan Maria untuk menyelesaikan pendidikan dan melakukan perjalanan ke banyak tempat di Kolombia dan seluruh dunia. Maria juga menghadiri peragaan busana dan desain interior terbaik di Italia dan Prancis.
Maria bermimpi menjadi seorang profesional yang terkenal dan dihormati. Namun rupanya perpaduan antara uang dan kekuasaan mendorong Maria ke dalam pusaran angin yang membuatnya tidak merasakan bahaya yang mengintai.
Mereka pindah ke Hacienda Napoles, sebuah kawasan indah di kawasan Antioquia. Rumah baru itu pun menjadi pusat kehidupan baru bagi Escobar. Di sana Escobar menjalani kehidupan ganda: dengan keluarga dan dengan geng serta gundiknya.
Escobar memiliki bisnis yang tidak diketahui istri dan keluarganya. Ia selalu menyembunyikan kenyataan dari istrinya.
Untuk bertemu dengan kekasihnya, Escobar membangun apartemen yang disamarkan di belakang istal. Apartemen itu sangat dekat dengan rumah induk.
Sang raja kokain juga membangun beberapa kabin di daerah yang lebih terpencil. Kabin itu menjadi tempat untuk melarikan diri.
Selama periode kelab malam dan pesta pora itu, Maria akhirnya menyadari bahwa suaminya mempunyai banyak pacar. Escobar menikmati kebersamaan dengan wanita lain selama satu atau dua minggu, bahkan satu atau dua bulan. Namun Escobar tidak pernah menganggap semua hubungan itu serius.
Awal Kejatuhan Pablo Escobar
Semua itu berubah pada suatu malam di pertengahan tahun 1981, ketika Escobar bertemu Wendy Chavarriaga Gil. Hubungan mereka berlangsung beberapa tahun, tetapi akhirnya berakhir dengan tragedi.
Escobar memaksanya melakukan aborsi. Untuk membalas dendam, Wendy menjadi informan dan dia pun dieksekusi oleh Escobar.
Seluruh hidup Maria, keluarganya, kekasih Escobar, dan seluruh negeri, berubah secara tiba-tiba pada malam tanggal 30 April 1984. Saat itu seorang pembunuh bayaran membunuh menteri kehakiman, Rodrigo Lara Bonilla, di Bogota. Pembunuhan itu dilakukan atas perintah Pablo Escobar.
Pembunuhan tersebut menandai dimulainya perang narkotika yang mendominasi Kolombia selama dekade berikutnya. Setelah kejadian ini, karier politik Pablo Escobar terhenti.
Akhirnya, surat perintah penangkapan dikeluarkan saat pemerintah berupaya mengekstradisi sang raja kokain ke Amerika Serikat. Akibatnya, Escobar terus melarikan diri atau bersembunyi. Pelarian itu pun berdampak besar bagi keluarganya.
Maria menyadari kesalahan dan kebrutalan suaminya. Namun semuanya sudah terlambat.
Saat itu pertengahan Agustus 1993. Escobar, Maria dan anak-anak mereka, Manuela dan Juan Pablo, serta pacar Juan Pablo, Andrea, bersembunyi di El Poblado. Maria dan suami menyadari bahwa perpisahan terakhir harus terjadi secepatnya.
Situasi mereka saat itu tidak dapat dipertahankan. Kematian sedang mengintai. Rumah biru di El Poblado itu menjadi tempat persembunyian terakhir keluarga Escobar.
Pada hari Sabtu, 18 September 1993, Escobar tiba-tiba berdiri dan menghampiri sang istri. Ia mengatakan bahwa mereka sebaiknya berbicara secara pribadi di salah satu kamar tidur di lantai dua.
“Sayang, ini waktunya mengemasi koper semua orang,” katanya. “Kalian semua akan tinggal di gedung Altos di bawah perlindungan pemerintah.”
Maria terus menangis. Ia masih mencintai suaminya meski mengetahui jika tindakannya menimbulkan bencana bagi banyak orang.
Meski sedih, Maria harus meninggalkan Escobar demi menyelamatkan anak-anaknya. Saat itu menjadi perpisahan terakhir Pablo Escobar dengan keluarganya.
Tepat jam 11 malam, Escobar mengucapkan selamat tinggal kepada Juan Pablo dengan jabat tangan yang tulus dan ciuman di pipi. Ketika akan berpamitan dengan putrinya, Manuela, Escobar mulai menangis.
Mereka semua belum pernah melihat Escobar menangis sebelumnya. Hal ini membuat perpisahan keluarga itu semakin menyayat hati.
Saat itulah terakhir kali Maria dan keluarganya melihat sang raja kokain. 75 hari kemudian, Pablo Escobar meninggal saat dalam pengejaran polisi.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR