Namun, kesehatan Edward yang memburuk dan prediksi kematiannya yang akan segera tiba membuka peluang baru bagi para penasihat ambisius di sekitarnya. Bagi mereka, Jane bukan hanya calon istri raja, tetapi juga pewaris potensial takhta.
Jika Edward tidak memiliki anak, Jane, dengan garis keturunan kerajaan yang sah, bisa menjadi Ratu Inggris.
Pertanyaannya, akankah Jane puas menjadi istri raja, atau akankah dia meraih mahkota kerajaan untuk dirinya sendiri?
Keputusan terburuk dalam hidupnya yang singkat
Ayah Jane Grey, Duke of Suffolk, memahami bahwa untuk mengangkat putrinya ke puncak kekuasaan Tudor, dia membutuhkan pernikahan yang menguntungkan. Kematian Thomas Seymour, paman Raja Edward, membuat mereka kehilangan sekutu penting.
Namun, Duke of Northumberland, penasihat Edward yang licik dan taat pada agama Protestan, melihat peluang untuk mengamankan posisinya sendiri setelah kematian raja muda.
Baca Juga: Kisah Tragis Lady Jane Grey, Ratu Inggris yang Hanya Berkuasa 9 Hari
Pewaris takhta yang sah adalah Mary Tudor, saudara tiri Edward yang beragama Katolik. Northumberland tahu dia harus menyingkirkan Mary dari takhta untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan mempertahankan pengaruhnya.
Dengan rencana ini, Northumberland mengatur pernikahan Jane dengan putranya, Lord Guildford Dudley. Upacara pernikahan berlangsung megah, namun Edward yang sakit parah tidak dapat hadir.
Sebagai gantinya, dia "mengirimkan hadiah berupa perhiasan dan permata mewah" untuk sepupunya sebagai hadiah pernikahan.
Tiga bulan setelah pernikahan, pada usia 15 tahun, Edward meninggal. Northumberland merahasiakan kematian raja selama beberapa hari untuk melancarkan rencananya.
Dia memanggil Jane ke rumah megahnya di luar London, di mana Jane terkejut menemukan suaminya, orang tuanya, dan anggota dewan kerajaan menunggunya.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
KOMENTAR