Nationalgeographic.co.id—Di antara lembaran-lembaran sejarah dunia, terukir kisah dua peradaban besar yang tak lekang oleh waktu: Yunani Kuno dan Romawi Kuno.
Artikel ini mengundang Anda untuk menyelami perbandingan kedua peradaban tersebut, menguak persamaan dan perbedaan yang mencolok di antara mereka.
Lebih dari sekadar sistem pemerintahan yang kompleks dan struktur sosial yang unik, Yunani Kuno dan Romawi Kuno mewariskan kekayaan budaya, nilai-nilai, dan karya seni yang mendunia.
Melalui artikel ini, Anda akan diajak untuk memahami bagaimana dua pilar peradaban ini memberikan pengaruh besar pada perkembangan dunia yang kita kenal saat ini.
Perbandingan enam elemen utama
Meskipun sama-sama terletak di garis lintang yang memungkinkan budidaya anggur dan zaitun, Yunani Kuno dan Kekaisaran Romawi Kuno memiliki perbedaan topografi yang signifikan.
Kota-kota Yunani kuno terpisahkan oleh pedesaan berbukit dan selalu berdekatan dengan laut, sedangkan Roma terletak di daratan, di tepi Sungai Tiber.
Suku-suku Itali (sekarang Italia) tidak memiliki batas alam berbukit yang memisahkan mereka dari Roma.
Di Italia, di sekitar Napoli, Gunung Vesuvius menghasilkan tanah subur dengan menyelimuti tanah dengan abu vulkanik yang kemudian berubah menjadi tanah yang kaya.
Selain itu, terdapat dua rangkaian pegunungan di dekatnya, yaitu Alpen di utara dan Apennine di timur.
Berikut adalah enam elemen yang perlu dipertimbangkan ketika membandingkan Yunani Kuno dengan Romawi Kuno, seperti diuraikan oleh N.S. Gill melalui laman ThoughtCo:
Baca Juga: Seperti Apa Persamaan dan Perbedaan Mitologi Yunani dan Romawi?
1. Seni
Seni Yunani dan Romawi Kuno sering dibandingkan, dengan seni Yunani umumnya dianggap lebih unggul dan seni Romawi dianggap sebagai tiruan atau dekorasi semata. Anggapan ini didasarkan pada beberapa faktor, seperti:
* Persepsi idealisme Yunani: Para pematung Yunani klasik diyakini bertujuan menghasilkan bentuk seni yang ideal, sedangkan seniman Romawi lebih fokus pada potret realistis.
* Salinan karya seni Yunani: Banyak karya seni yang dianggap Yunani sebenarnya adalah salinan Romawi dari karya asli.
* Dekorasi: Seni Romawi sering digunakan untuk menghiasi ruang hidup, sedangkan seni Yunani dianggap lebih fokus pada bentuk dan idealisme.
Namun, anggapan ini terlalu menyederhanakan kompleksitas seni kedua budaya. Berikut beberapa poin penting:
* Keberagaman seni: Tidak semua seni Romawi meniru bentuk Yunani, dan tidak semua seni Yunani tampak realistis atau tidak praktis. Banyak karya seni Yunani menghiasi objek-objek utilitarian, sama seperti seni Romawi.
* Periodisasi seni Yunani: Seni Yunani dibagi menjadi periode Mykenai, geometris, arkaik, dan Helenistik, dengan puncaknya pada periode Klasik. Pada periode Helenistik, permintaan akan salinan karya seni terdahulu meningkat, sehingga dapat dikatakan bahwa seni Yunani juga memiliki unsur imitasi.
* Media seni: Patung seperti Venus de Milo umumnya diasosiasikan dengan Yunani, sedangkan mozaik dan fresko (lukisan dinding) identik dengan Romawi. Namun, para seniman dari kedua budaya ini juga bekerja dengan berbagai media lain, seperti tembikar Yunani yang menjadi impor populer di Italia.
2. Ekonomi
Baik di Yunani Kuno maupun Romawi Kuno, ekonomi berakar pada pertanian. Cita-cita orang Yunani adalah hidup di pertanian kecil yang mandiri, menghasilkan gandum untuk kebutuhan sehari-hari.
Baca Juga: 11 Makhluk Mitologi Yunani, dari Paling Menakjubkan hingga Paling Mengerikan
Namun, praktik pertanian yang buruk seringkali membuat banyak rumah tangga tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Hal ini mendorong munculnya perkebunan besar yang berfokus pada produksi anggur dan minyak zaitun.
Kedua komoditas ini menjadi ekspor utama bagi bangsa Romawi, didorong oleh kondisi geografis yang serupa dan popularitasnya di seluruh Mediterania.
Berbeda dengan Yunani yang mengimpor gandum dan menguasai provinsi-provinsi penghasil gandum, bangsa Romawi juga berkebun dan terlibat aktif dalam perdagangan. (Orang Yunani umumnya memandang perdagangan sebagai pekerjaan yang merendahkan.)
Seiring Roma berkembang menjadi pusat perkotaan, para penulis mulai membandingkan kesederhanaan kehidupan pedesaan dengan kehidupan di kota yang penuh dengan perdagangan dan politik.
Manufaktur juga menjadi bagian penting dari ekonomi di kota-kota Yunani dan Romawi. Pertambangan pun menjadi sumber pendapatan bagi kedua peradaban. Meskipun Yunani juga memiliki budak, ekonomi Romawi sangat bergantung pada tenaga kerja budak sejak masa ekspansi hingga akhir Kekaisaran.
"Kedua budaya menggunakan mata uang koin. Romawi terkenal dengan praktik penurunan nilai mata uang untuk membiayai pengeluaran Kekaisaran," papar Gill.
3. Kelas sosial
Sistem kelas sosial di Yunani kuno dan Romawi kuno mengalami perubahan seiring waktu, tetapi pembagian dasar di Athena awal dan Roma terdiri dari orang merdeka, mantan budak, orang asing, dan perempuan.
Hanya beberapa kelompok yang dihitung sebagai warga negara.
Yunani
* Orang yang diperbudak
* Mantan budak
* Metik
* Warga negara
* Perempuan
Baca Juga: Patung Hermes Raksasa dari Mitologi Yunani Ditemukan, Selamat Berkat Kristenisasi?
Roma
* Orang yang diperbudak
* Mantan budak
* Plebeian
* Patrisian
4. Peran perempuan
Meskipun sama-sama berada di era kuno, peran perempuan di Yunani dan Romawi Kuno menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Di Athena, stereotip yang tergambar dalam literatur menggambarkan perempuan sebagai individu yang dihargai karena menjauhi gosip, mengelola rumah tangga dengan baik, serta melakukan tugas utama, yaitu melahirkan anak yang sah.
Perempuan bangsawan memiliki kehidupan yang terisolasi di bagian perempuan rumah dan harus selalu ditemani saat berada di tempat umum. Mereka diizinkan memiliki properti, namun tidak memiliki hak untuk menjualnya.
Secara hukum, perempuan Athena tidak memiliki status sebagai warga negara. Mereka tunduk pada ayahnya, dan bahkan setelah menikah, ayah mereka masih memiliki hak untuk membawa mereka kembali ke rumah.
Berbeda dengan di Athena, perempuan Romawi secara hukum tunduk pada paterfamilias, yaitu pria dominan di rumah kelahirannya dan di rumah suaminya.
Namun, mereka memiliki beberapa hak yang tidak dimiliki perempuan Athena, yaitu perempuan Romawi dapat memiliki dan mengurus properti dan memiliki kebebasan bergerak sesuai keinginannya.
Bukti dari prasasti menunjukkan bahwa perempuan Romawi dihargai karena:
* Kesalehan.
* Kesederhanaan.
* Kemampuan mereka dalam menjaga harmoni keluarga.
* Kesetiaan pada satu pasangan.
Baca Juga: Arkeolog Temukan Labirin Tempat Pertempuran Legendaris dalam Mitologi Yunani?
"Perempuan Romawi juga memiliki hak istimewa yang tidak dimiliki perempuan Athena, yaitu menjadi warga negara Romawi," ungkap Gill.
5. Peran ayah
Baik di Yunani maupun Romawi Kuno, ayah memainkan peran sentral dalam keluarga dan masyarakat. Di kedua budaya tersebut, ayah memiliki otoritas dan tanggung jawab yang signifikan atas anak-anak dan anggota rumah tangga lainnya.
Di Roma, seorang ayah mengambil peran sebagai paterfamilias atau kepala keluarga. Dalam peran ini, dia memiliki kekuasaan penuh atas rumah tangga, termasuk:
* Memutuskan apakah akan mempertahankan atau membuang bayi yang baru lahir.
* Mengatur pernikahan anak-anaknya.
* Memiliki hak atas properti keluarga.
* Menentukan hukuman bagi anggota keluarga yang melanggar aturan.
Anak laki-laki dewasa yang sudah memiliki keluarga sendiri masih tunduk pada ayah mereka jika ayah tersebut adalah paterfamilias. Hal ini menunjukkan bahwa otoritas ayah di Romawi bersifat hierarkis dan tahan lama.
Sementara itu, di Yunani, rumah tangga, yang disebut oikos, memiliki struktur yang lebih mirip dengan keluarga inti modern dibandingkan dengan keluarga Romawi.
Namun, di sini, anak laki-laki memiliki hak hukum untuk menantang kompetensi ayah mereka dalam beberapa kasus tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa otoritas ayah di Yunani tidak sekuat di Romawi.
6. Pemerintahan
Pada awalnya, raja-raja memerintah di Athena; kemudian muncul oligarki (pemerintahan oleh segelintir orang), dan akhirnya demokrasi (pengambilan keputusan melalui pemungutan suara warga negara).
Negara-kota bergabung membentuk aliansi yang sering berkonflik, melemahkan Yunani dan mengakibatkan penaklukan oleh para raja Makedonia dan kemudian Kekaisaran Romawi.
Di Roma, awalnya penguasa adalah raja-raja. Namun, Roma, dengan memperhatikan apa yang terjadi di dunia lain, menghapus sistem monarki. Mereka mendirikan bentuk pemerintahan Republik yang campuran, menggabungkan unsur demokrasi, oligarki, dan monarki.
Seiring waktu, penguasa tunggal kembali berkuasa di Roma, tetapi dalam bentuk baru yang awalnya disahkan oleh konstitusi dan kita kenal sebagai kaisar Romawi.
"Kekaisaran Romawi kemudian terpecah dan, di bagian Barat, akhirnya berubah menjadi kerajaan-kerajaan kecil," tutup Gill.
Dengan memahami persamaan dan perbedaan Yunani Kuno dan Romawi Kuno, kita dapat memperoleh wawasan berharga tentang bagaimana peradaban ini membentuk sejarah dunia.
Pengetahuan ini membuka gerbang untuk memahami budaya, nilai-nilai, dan ide-ide yang diwariskan kepada generasi penerus, dan bagaimana mereka terus memengaruhi dunia hingga saat ini.
KOMENTAR