Namun, praktik pertanian yang buruk seringkali membuat banyak rumah tangga tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Hal ini mendorong munculnya perkebunan besar yang berfokus pada produksi anggur dan minyak zaitun.
Kedua komoditas ini menjadi ekspor utama bagi bangsa Romawi, didorong oleh kondisi geografis yang serupa dan popularitasnya di seluruh Mediterania.
Berbeda dengan Yunani yang mengimpor gandum dan menguasai provinsi-provinsi penghasil gandum, bangsa Romawi juga berkebun dan terlibat aktif dalam perdagangan. (Orang Yunani umumnya memandang perdagangan sebagai pekerjaan yang merendahkan.)
Seiring Roma berkembang menjadi pusat perkotaan, para penulis mulai membandingkan kesederhanaan kehidupan pedesaan dengan kehidupan di kota yang penuh dengan perdagangan dan politik.
Manufaktur juga menjadi bagian penting dari ekonomi di kota-kota Yunani dan Romawi. Pertambangan pun menjadi sumber pendapatan bagi kedua peradaban. Meskipun Yunani juga memiliki budak, ekonomi Romawi sangat bergantung pada tenaga kerja budak sejak masa ekspansi hingga akhir Kekaisaran.
"Kedua budaya menggunakan mata uang koin. Romawi terkenal dengan praktik penurunan nilai mata uang untuk membiayai pengeluaran Kekaisaran," papar Gill.
3. Kelas sosial
Sistem kelas sosial di Yunani kuno dan Romawi kuno mengalami perubahan seiring waktu, tetapi pembagian dasar di Athena awal dan Roma terdiri dari orang merdeka, mantan budak, orang asing, dan perempuan.
Hanya beberapa kelompok yang dihitung sebagai warga negara.
Yunani
* Orang yang diperbudak
* Mantan budak
* Metik
* Warga negara
* Perempuan
Baca Juga: Patung Hermes Raksasa dari Mitologi Yunani Ditemukan, Selamat Berkat Kristenisasi?
KOMENTAR