Dua tokoh muncul untuk memimpin gerakan kemerdekaan Ikaria dari Kekaisaran Ottoman. Yang pertama adalah Dr. John Malachias. Lahir di pulau itu pada tahun 1876, Malachias belajar ilmu kedokteran di Athena dan Paris sebelum kembali ke Ikaria pada tahun 1906.
Ia dengan cepat meraih posisi kepemimpinan dalam urusan lokal dan tak kenal lelah menentang wajib militer serta larangan produksi tembakau. Akibatnya, Malachias tak disukai Thucydides Efendi dan sempat dikenakan tahanan rumah.
Sama seperti Malachias, George Fountoulis juga menarik perhatian otoritas Ottoman karena aktivitas anti-pemerintahnya. Fountoulis bahkan nekat bergabung dengan tentara Yunani selama perang melawan Ottoman pada tahun 1897. Akibatnya, ia dijatuhi hukuman mati.
Namun, Fountoulis berhasil lolos dan akhirnya diampuni berkat keahliannya di bidang arsitektur. Ironisnya, para pejabat Ottoman justru menyambut baik kepulangan seorang nasionalis Yunani dengan pengalaman militer ke Ikaria.
"Tak butuh waktu lama bagi Fountoulis untuk menggunakan keterampilan arsitektur dan militernya melawan kekaisaran," terang Pappas.
Kedua pria ini, bersama para pegiat anti-Ottoman lainnya di pulau tersebut, sama-sama mendambakan Ikaria bersatu dengan Yunani. Namun, hingga saat itu, para pejabat Yunani belum begitu tertarik dengan gagasan merebut pulau tersebut dari Ottoman.
Bagi Perdana Menteri Yunani Eleftherios Venizelos dan para nasionalis lainnya, pencaplokan wilayah Kreta dan beberapa daerah lain di bawah kekuasaan Ottoman menjadi prioritas yang lebih tinggi dibandingkan Ikaria yang mungil.
Babak baru perjuangan
Perjuangan rakyat Ikaria untuk merebut kemerdekaan dari Ottoman memasuki babak baru pada Juli 1912. Kendali atas pulau tersebut sudah terlepas dari tangan pejabat Yunani, dan Malachias, Fountoulis, bersama para sukarelawan Ikaria, mengambil alih inisiatif.
Selama sebulan sebelumnya, pengiriman senjata terus berdatangan ke pulau tersebut. Meski begitu, para pemberontak Ikaria masih tergolong "pasukan seadanya" dengan beragam senjata yang dimiliki.
Awalnya, Malachias merencanakan serangan mendadak ke ibu kota pulau, Agios Kyrikos. Malachias akan memimpin sekelompok "peburu ayam hutan" untuk melumpuhkan pasukan Ottoman yang lengah.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Kekaisaran Ottoman, Oasis 'Indah' Bagi Penduduk Yahudi
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
KOMENTAR