"Akibatnya, sumber daya itu cenderung diremehkan dan akhirnya disalahgunakan dan salah dikelola," tulis Victor.
Selain menjadi paru-paru dunia dan benteng pesisir--melindungi daratan dari abrasi--hutan mangrove juga merupakan lumbung pangan bagi masyarakat pesisir.
Hasil studi yang dipimpin oleh Amy Ickowitz, Ilmuwan Senior CIFOR-ICRAF, menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di dekat hutan mangrove mengonsumsi 19–28 persen lebih banyak ikan segar dibandingkan rumah tangga pesisir lainnya, dan secara total 13–22 persen lebih banyak mengonsumsi protein hewani.
“Karena makanan yang bersumber dari protein hewani termasuk kategori rendah di pola makan masyarakat Indonesia, hal ini mungkin memiliki dampak gizi yang signifikan bagi rumah tangga yang tinggal di dekat hutan mangrove,” kata para peneliti.
Sementara itu, dampak budi daya perikanan terhadap konsumsi ikan lokal tidak terlalu besar – dan bahkan negatif dalam beberapa kasus. Hal ini, menurut Ickowitz, menyoroti fakta bahwa “Budidaya perikanan tampaknya tidak memberikan dampak positif terhadap konsumsi protein hewani.”.
Dia menegaskan, “Temuan ini memperkuat pesan bahwa menghancurkan hutan mangrove untuk budi daya perikanan adalah ide yang buruk, tidak hanya secara ekologis, tetapi juga bagi ketahanan pangan.”
Maka, selamatkanlah mangrove dan selamat Hari Mangrove Sedunia!
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR