Nationalgeographic.co.id—Tinggalan budaya megalitik Austronesia banyak tersebar di wilayah Nusantara. Mulai dari yang ada di Pasemah, Sumatra Selatan; Gunung Slamet, Jawa Tengah; Kampung Romanduru, Flores; hingga Gunung Srobu, Papua.
Keberagaman tinggalan budaya tersebut merupakan rekam jejak perkembangan peradaban Nusantara, kata Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (OR Arbastra) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Herry Jogaswara.
Hery menyampaikan uraian pembuka mengenai jejak budaya megalitik Austronesia itu saat memberi sambutan di webinar Forum Kebhinnekaan bertajuk "Rekam Jejak Manusia dan Budaya Austronesia di Nusantara" pada Kamis (25/7/2024).
Dalam forum ini, tim peneliti Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah (PR APS) BRIN menyajikan hasil risetnya. Kepala PR APS BRIN, Irfan Mahmud, mengungkapkan bahwa banyak perkembangan menarik dalam riset Austronesia dalam dua dasawarsa terakhir.
Itu artinya betapa luas cakupan, masalah ilmiah, dan praksisnya. Maka menurutnya, penting adanya pertukaran data dan informasi dalam menginventarisasi rekam jejak tersebut.
“Kita memang memerlukan suatu kolaborasi karena studi Austronesia adalah studi yang multidisiplin. Bukan hanya arkeologi, tetapi juga ilmu bahasa, geologi, sejarah, antropologi, palinologi, dan lain-lainnya, karena semua disiplin ilmu tersebut bisa berkontribusi dalam riset,” tutur Irfan.
Irfan menyampaikan bahwa situs-situs Austronesia tersebar luas di berbagai kawasan Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke. Bahkan kontekstualitas dari situs tersebut memberi ranah hubungan antarbangsa. Jadi, studi terkait ini tidak hanya multidisiplin, tetapi juga multiregional yang dapat menghubungkan peneliti antarbangsa.
Ketua Umum Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), Marsis Sutopo, menanggapi bahwa kalau kita bicara tentang budaya Astronesia, ada banyak sekali hal atau aspek yang belum tergali. Menurutnya, tingkat persebaran budaya Austronesia memang luar biasa dan masih banyak membutuhkan kajian serta penggalian lebih mendalam.
Dalam sesi diskusi, peneliti arkeologi BRIN, Triwurjani, mengungkap hasil penelusuran jejak permukiman budaya megalitik di Pasemah Sumatera Selatan. Dia menjelaskan bahwa Pasemah terdiri atas bentang lahan dataran tinggi dan pegunungan bergelombang, serta bentang lahan dataran rendah, sedangkan rawa daratan di bagian bawahnya.
Kesuburan Pasemah sebagai pilihan situs dikuatkan dengan adanya tiga sungai besar yang mengalir di sekitarnya, yaitu sungai Selangis di hulu kaki Gunung Dempo, Sungai Lematang, dan Sungal Endikat. Ketiganya mengalir menyatu ke Sungai Musi di bagian hilir.
Wilayah Paseman terbagi menurut jenis aktivitasnya. Ada aktivitas penguburan pada area atas, penguburan pada area tengah, serta kegiatan sosial pemerintahan dan aktivitas lain pada area bawah.
Baca Juga: Mitologi si Pahit Lidah yang Diyakini Benar Terjadi di Sumatra Selatan
Source | : | Brin.go.id |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR