Nationalgeographic.co.id—Meski sudah berlalu selama lebih dari 3.000 tahun, penyebab kematian Firaun Ramses III masih terus menarik minat para peneliti. Banyak spekulasi yang muncul selama berabad-abad. Selain itu, banyak pertanyaan tentang konspirasi harem dan rencana pembunuhan sang firaun sohor dari Mesir kuno. Apakah penyebab kematian salah satu firaun terbaik dalam sejarah dunia kuno itu akan terungkap?
Plot yang didorong oleh suksesi itu terdengar seperti Game of Thrones di dunia kuno. Namun misteri tentang bagaimana para arkeolog mengungkapnya 3.000 tahun kemudian akan menjadi topik utama bagi para pencinta sejarah.
Yang diketahui para sejarawan adalah bahwa konspirasi itu mempertemukan dua anak firaun—putra Tyti dan Tiye—satu sama lain. Detail dari rencana tersebut tetap menjadi salah satu kasus yang paling menarik dalam sejarah hingga arkeologi modern membantu memecahkannya. Apakah sang putra benar-benar membunuh Ramses III?
Apa yang sebenarnya terjadi pada Ramses III, firaun dari kerajaan kuno yang hancur? Berikut ini adalah cara para arkeolog mengungkap kebenaran tentang konspirasi harem. Konspirasi itu mengakhiri ketegangan yang berlangsung selama berabad-abad. Selain itu, konspirasi harem juga menunjukkan betapa brutalnya kehidupan di antara bangsawan Mesir kuno.
Menemukan misteri pembunuhan kuno di Mesir
Ingatan tentang konspirasi di harem firaun Ramses III telah hilang ditelan waktu pada abad ke-19. Namun kemudian para ahli barang antik Eropa tiba di Mesir secara massal untuk mencari artefak kuno. Berkat Batu Rosetta yang baru diterjemahkan, para arkeolog bersemangat untuk menerjemahkan prasasti dan hieroglif kuno.
Salah satu temuan yang paling menarik adalah penemuan gulungan hukum sepanjang 5,5 meter dari abad ke-12 SM pada tahun 1820-an. Gulungan itu merupakan sebuah dokumen yang menggambarkan rencana melawan firaun Mesir dari dalam harem kerajaannya sendiri.
Dibeli di pasar lokal, papirus tersebut merinci persidangan pengkhianatan yang menyusul kudeta yang gagal. Mereka yang terlibat salah satu istri Ramses III, Tiye, dan putranya Pentawar.
Intrik harem dalam sejarah Mesir kuno
Seperti firaun lainnya, Ramses III memiliki istri utama, Tyti. “Selain itu, ada sejumlah istri sekunder yang tinggal bersama di harem kerajaan bersama anak-anak dan pelayannya,” tulis Erin Blakemore di laman National Geographic.
Harem adalah simbol mewah dari kekuatan dan pengaruh firaun. Harem juga merupakan tempat yang tepat untuk aktivitas politik, yang sebagian besar berpusat pada masalah dinasti dan suksesi.
Baca Juga: Kisah Ramses III, Firaun Agung Terakhir dalam Peradaban Mesir Kuno
Istri-istri Ramses III melahirkan banyak ahli waris, yang diperkirakan melahirkan 100 anak. Namun, penunjukan pengganti terbukti sulit karena 12 putra yang berada dalam garis takhta meninggal selama masa hidup firaun.
Pada tahun 1164 SM, seorang putra mahkota lainnya meninggal, meninggalkan putra bungsu Tyti yang berada dalam garis takhta.
Menurut gulungan itu, Tiye, sebagai salah satu istri kedua, ingin Pentawar naik takhta sebagai gantinya. Jadi, ia meminta bantuan sejumlah anggota harem dan keluarga kerajaan. “Termasuk istri-istri lain dan dokter pribadi firaun itu sendiri,” tambah Blakemore.
Dokumen itu menyebutkan semua laki-laki yang dituduh berpartisipasi dalam rencana itu. Namun dokumen itu hanya menyebutkan satu perempuan, Tiye.
Dokumen itu juga tidak menyebutkan apakah para konspirator berhasil membunuh Ramses III dan mendistorsi nama-nama terdakwa. Kelalaian tersebut menyebabkan para peneliti modern menyebutnya sebagai “latihan untuk bersikap bungkam.”
Firaun besar terakhir dalam sejarah Mesir kuno
Para peneliti tahu bahwa kudeta itu tidak mengubah garis suksesi. Putra istri utama Ramses III, Tyti, telah menggantikan Ramses III. Jadi mereka berasumsi bahwa rencana itu merupakan upaya yang gagal oleh seorang istri di bawah umur. Tujuannya adalah untuk mengalihkan keseimbangan kekuasaan kepada putranya.
Namun, masih ada pertanyaan tentang hasil sebenarnya dari kudeta tersebut. Juga tentang bagaimana Tiye berhasil meyakinkan begitu banyak pekerja kerajaan untuk terlibat dalam upaya berbahaya untuk mendapatkan kekuasaan. Dan, jika kudeta itu tidak membunuhnya, para sejarawan bertanya-tanya apakah kudeta itu telah membantu menggoyahkan pemerintahan Ramses III.
Ramses III adalah orang paling berkuasa di Mesir selama masa pemerintahannya dari tahun 1186 hingga 1155 SM. Namun, seperti yang tertulis dalam sejarah, ia akhirnya menjadi firaun besar terakhir dalam sejarah Mesir kuno. Putra yang akhirnya menggantikannya, putra Tyti, Ramses IV, mewarisi kerajaan yang melemah.
Selama masa pemerintahan Ramses III, Mesir kuno menghadapi invasi, pertikaian ekonomi, dan masalah dalam negeri. Ada pemogokan umum pertama yang diketahui, yang terjadi di antara para pembangun makam yang tidak puas. Para pembangun itu ditugaskan untuk membangun tempat peristirahatan firaun yang mahal.
Baca Juga: Nefertari, Istri Kesayangan Firaun Ramses II dalam Sejarah Mesir Kuno
Makam Ramses III
Pada tahun 1886, para pemburu harta karun menemukan bukti fisik yang luar biasa dalam kasus tersebut. Temuan itu adalah makam Ramses III.
Namun, para penggali gagal mendokumentasikan secara akurat posisi firaun di dalam makam, yang berisi berbagai mumi lainnya. Hal itu menghilangkan bukti penting yang dapat mengisyaratkan cara Ramses III menemui ajalnya. Mumi yang diidentifikasi sebagai Ramses III juga tidak memberikan jawaban. Tentu saja, langkah tersebut membuat frustrasi para arkeolog di masa mendatang.
Dikelilingi oleh para penonton yang tidak sabar, para ahli barang antik segera membuka mumi Ramses III. Mereka menemukan bahwa tubuh sang firaun sohor itu tidak menunjukkan tanda-tanda cedera.
Yang lebih membingungkan adalah mumi lain yang dikuburkan di samping Ramses III. Mumi tersebut lebih kecil dengan wajah yang terdistorsi dan tampak menjerit. Mumi-mumi lain di makam tersebut dikubur dengan pakaian upacara dan dibalsem dengan hati-hati. Namun mumi kecil itu dibungkus dengan kulit domba sederhana. Dan tampaknya ditempatkan sembarangan di dalam makam tanpa prasasti yang menunjukkan identitasnya.
Mumi misterius itu seakan tidak bisa diidentifikasikan. Namun para sejarawan mengira mereka telah memecahkan kasus tersebut. Ramses III, tampaknya, tidak dibunuh oleh para konspirator. Konspirasi tersebut dianggap sebagai upaya istri di bawah umur untuk menggunakan kekuasaan dalam harem kerajaan.
Kemajuan dalam teknologi arkeologi tidak memberikan lebih banyak pencerahan. Para peneliti menggunakan mesin sinar-X untuk mengambil gambar firaun pada tahun 1960-an. Tapi tidak ada tanda-tanda pembunuhan yang terlihat.
Namun, arkeolog Susan Redford tertarik dengan cerita tersebut. Pada tahun 2002 ia mengungkapkan pandangan baru tentang konspirasi tersebut. Pandangan baru itu muncul berkat penyelidikan ulang terhadap karya seni di makam Ramses III.
Redford menyadari bahwa beberapa relief di dinding makam menunjukkan ahli waris Ramses III.
Namun, satu ada relief menunjukkan konstelasi pangeran yang berbeda. Redford menafsirkan relief tersebut sebagai petunjuk prestise Pentawar dan status kerajaan ibunya, Tiye. Jika Tiye adalah seorang ratu dan bukan istri kedua, putranya akan memiliki klaim yang lebih kredibel atas takhta. Maka hal ini menjelaskan misteri lama tentang bagaimana seorang tokoh kecil dapat mengumpulkan sekelompok konspirator terkemuka.
Mempersiapkan kasus yang sudah lama tertunda
Relief tersebut mungkin telah menjelaskan alasan percobaan kudeta tersebut. Namun, pembunuhan yang terjadi 3.000 tahun lalu itu masih merupakan kasus yang belum terpecahkan. Kemudian muncul metode arkeologi forensik cukup maju untuk menjamin pemeriksaan ulang mumi tersebut. Kesempatan itu akhirnya datang pada tahun 2012, berkat pemindaian CT dan analisis DNA kuno yang dilakukan oleh tim peneliti internasional.
Pemindaian baru tersebut mengungkapkan bahwa organ perut Ramses III telah diganti dengan patung-patung Horus. Horus adalah dewa Mesir yang dikaitkan dengan penyembuhan. Jimat Horus pun diletakkan di leher dan kaki Ramses III.
Masih ada lagi: Leher Ramses III telah diiris hingga ke tulang, yang menunjukkan bahwa ia sebenarnya dibunuh. Dan Ramses III memiliki DNA yang sama dengan mumi yang tampaknya berteriak dan tidak dikenal. “Temuan tersebut membuat para peneliti menyimpulkan bahwa itu adalah tubuh pangeran Pentawar yang berkonspirasi,” Blakemore menambahkan lagi.
Jadi, apa yang terjadi pada Tiye, ratu yang dipermalukan yang kudeta haremnya memiliki konsekuensi yang mengerikan? Karena tidak ada mumi Tiye yang pernah ditemukan, Redford yakin bahwa ia dihukum berat. Hukuman yang menjadi aib terbesar bagi bangsa Mesir kuno adalah eksekusi dengan api.
Hukuman dengan api adalah nasib terburuk yang dapat dibayangkan bagi seorang Mesir kuno. “Kehancuran total. Tidak ada tubuh, tidak ada kehidupan setelah kematian,” ujar Blakemore. Hukuman tersebut menjadi akhir yang brutal bagi seorang wanita yang motivasinya tidak akan pernah diketahui. Meski begitu, tindakan pengkhianatannya membantu mengakhiri hidup firaun agung terakhir.
Source | : | national geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR