Berita tentang hubungan serius antara Mark Antonius dan Cleopatra menyebar ke Roma. Orang-orang secara alami berasumsi bahwa Fulvia akan melakukan apa pun untuk membawa sang suami pulang. Jadi, ketika Fulvia mengobarkan perang di Italia pada 41 SM, ia diyakini bertindak karena kecemburuan, kelicikan, dan dendam.
Motivasi Fulvia sebenarnya lebih kompleks. Perang Perusine membuatnya bergabung dengan saudara iparnya, Lucius. Ia berupaya untuk memperbaiki keseimbangan kekuasaan dalam triumvirat dengan mendukung Mark Antony atas Octavianus. Fulvia secara pribadi tersinggung oleh keputusan Octavianus untuk menceraikan putrinya agar dapat menikahi wanita lain.
Ketegangan antara mantan ibu dan menantunya itu semakin intens sehingga Octavianus mengeklaim bahwa Fulvia mengancamnya. “Tidurlah denganku,” katanya, “atau lawan aku.” Mereka memilih untuk bertarung.
Perang itu menyebabkan salah satu pengepungan paling berdarah dalam sejarah dunia kuno. Kekuasaan tampaknya berada di tangan Lucius, seorang senator senior. Namun kekuasaan sebenarnya, menurut sejarawan Romawi Cassius Dio, berada di tangan Fulvia. Ia membantu Lucius dalam mengumpulkan legiun dan juga melakukan perjalanan ke Praeneste (sekarang Palestrina di Italia tengah).
Selama perjalanan, pedang diikatkan di sisinya dan ia memberi isyarat kepada para prajurit dan bahkan sering berbicara kepada mereka. Fulvia dan Lucius mencari perlindungan di dalam tembok kota saat pasukan Octavianus mulai melemparkan rudal. Beberapa peluru ketapel timah yang dilepaskan para prajurit itu bertuliskan pesan-pesan kasar. Pasukan Octavian menang dan membuat warga di dalam tembok kelaparan hingga menyerah. Fulvia dan Lucius selamat.
Mark Antony tidak terburu-buru kembali ke Roma setelah bencana itu. Cleopatra telah mengandung anaknya, atau lebih tepatnya, anak-anaknya. Pada tahun 40 SM, Cleopatra melahirkan anak kembar. Keduanya diberi nama Cleopatra Selene, yang dinamai menurut bulan, dan Alexander Helios, yang dinamai menurut matahari. Anak ketiga, Ptolemy Philadelphus, segera menyusul.
Mark Antony hampir tidak punya waktu untuk mengenal anak-anaknya dari Fulvia di Roma. Tak lama kemudian, Fulvia memutuskan untuk pergi menemuinya bersama kedua putra mereka.
Namun, hanya ada sedikit waktu untuk reuni keluarga. Mark Antony menyalahkan Fulvia atas kekacauan Perang Perusine. Sang suami dengan riang meninggalkannya di Yunani, tempat Fulvia jatuh sakit. Saat itu Antony dipanggil ke sebuah konferensi dengan Octavianus di Italia. Di sana, ia mendapat kabar bahwa Fulvia meninggal karena penyakitnya.
“Kematian wanita yang mengobarkan api perang karena cemburu pada Cleopatra,” tulis Appianus, “tampaknya sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak. Mereka terbebas darinya.”
Sebagian orang percaya bahwa Fulvia mengobarkan perang saudara sebagai tanggapan atas perselingkuhan suaminya dengan Cleopatra. Ironisnya, upayanya untuk membantu Mark Antony justru tidak pernah diakui.
Jika Cleopatra percaya bahwa ia sekarang memiliki Mark Antony untuk dirinya sendiri, ia salah besar. Sebagai bagian dari pembaruan aliansi politiknya dengan Octavianus, Mark Antony setuju untuk menikahi saudara perempuan calon kaisar, Octavia.
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR