Kedatangan kereta api pada tahun 1853 dan kunjungan Ratu Victoria pada tahun 1861 semakin memperkuat reputasi Killarney sebagai destinasi wisata kelas dunia. Keindahan alamnya yang memukau menarik minat pengunjung dari seluruh penjuru dunia.
Namun, jika kita kembali ke masa lalu, apakah Viscount Kenmare akan tetap memutuskan untuk mengeringkan rawa-rawa itu? Untuk mengetahui jawabannya, Gemma Tipton membuat sebuah ulasan di laman BBC.
Dari jebakan wisata massal menuju surga hijau
Pada akhir abad ke-19, Thomas Cook membawa rombongan wisatawan pertama ke Killarney, menandai awal dari perubahan drastis. Hotel-hotel menjamur, lalu lintas membludak, dan pesona alam perlahan terkikis oleh pembangunan yang tak terkendali.
Pada puncaknya, Killarney lebih dikenal sebagai surga bagi para pelancong yang mencari hiburan instan. "Pesta bujangan dan rombongan turis memenuhi kota, sementara keindahan alamnya terlupakan," papar Tipton.
Suara musik tradisional yang diputar berulang-ulang di setiap sudut kota hanya menjadi latar belakang bagi toko-toko suvenir yang menjual barang-barang murah. Killarney seakan kehilangan jiwanya.
Namun, di balik kegelapan itu, sekelompok masyarakat Killarney yang gigih terus berjuang. Mereka tidak rela melihat keindahan kampung halaman mereka semakin rusak. Dengan tekad yang kuat dan ide-ide hijau yang inovatif, mereka memulai sebuah revolusi kecil.
Hasilnya pun tak sia-sia. "Saat saya mengunjungi Killarney beberapa waktu lalu, saya menemukan sebuah kota yang telah bangkit dari keterpurukan," kenang Tipton.
Akses menuju Killarney kini lebih ramah lingkungan. Stasiun kereta yang terletak di pusat kota memungkinkan pengunjung untuk tiba tanpa harus menggunakan pesawat atau mobil pribadi. Ini adalah sebuah langkah maju yang signifikan, mengingat begitu banyak kota kecil di Eropa yang telah kehilangan konektivitas kereta apinya.
Di sebuah kafe kecil bernama Luna, Tipton menyaksikan beragam pengunjung menikmati suasana Killarney. Ada wisatawan asing yang sedang berdiskusi tentang atraksi wisata yang lebih autentik, ada juga penduduk lokal yang tampak puas dengan perubahan yang terjadi.
Salah satu hal yang paling menarik adalah, kafe ini tidak lagi menggunakan cangkir sekali pakai. Sebuah tindakan kecil yang berdampak besar bagi lingkungan.
Baca Juga: Tawaran Menarik dari Wisata Berkelanjutan
KOMENTAR