Di bawah bimbingan Merlin dan dengan kekuatan Excalibur, Arthur menyatukan Inggris melawan penjajah Anglo-Saxon. Arthur juga mengumpulkan sekelompok kesatria untuk membantunya memerintah. Para kesatrianya — Lancelot, Perceval, Gawain, Galahad — konon merupakan contoh dari kesatria yang sempurna.
Arthur dikisahkan melawan keponakannya Mordred di Pertempuran Camlann dan menderita luka yang mematikan. Sir Bedivere mengambil Excalibur dan mengembalikannya kepada Lady of the Lake. Dan Arthur diikat ke pulau Avalon, di mana menurut legenda ia beristirahat sampai saat Inggris sangat membutuhkannya.
Excalibur sering digambarkan sebagai pedang panjang. Namun, selama abad ke-6 ketika Raja Arthur konon hidup, kemungkinan besar ia memiliki bilah pendek. Pedang itu mirip dengan gladius Romawi.
Ame-no-Habakiri: pedang dewa badai dalam mitologi Jepang
“Pedang ini digunakan oleh dewa badai Shinto, Susano-o, saat membunuh ular Yamata-no-Orochi,” tambah Smathers.
Varian cerita yang paling umum muncul dalam Kojiki (Catatan tentang Hal-hal Kuno). Susano-o selalu iri dengan kakak perempuannya, dewi matahari Amaterasu. Suatu hari, karena kesal, ia menguliti seekor kuda. Ia melemparkan tubuh kuda itu ke alat tenun sebelum membuang kotorannya di lantai istana.
Susano-o diasingkan karena tindakan ini dan mendapati dirinya berada di Provinsi Izumo. Selama pengembaraan dewa badai, ia bertemu dengan sepasang suami istri yang sedang berduka atas penculikan putri mereka Kushinada-hime. Tujuh putri mereka yang lain telah diculik dan dimangsa.
Pelakunya tidak lain adalah ular berkepala delapan Yamata-no-Orochi, yang menuntut kurban tahunan.
Susano-o, yang ingin menebus dosanya, setuju untuk membunuh makhluk itu. Ia memerintahkan pasangan itu untuk menyiapkan delapan tong sake terkuat. Mereka harus meletakkan tong-tong itu di atas panggung yang ditinggikan dengan delapan gerbang di sekelilingnya.
Ular itu datang dan meminum sake itu. Saat sang ular teralihkan dan terperangkap oleh delapan gerbang, Susano-o memenggal semua kepala dan ekor monster itu.
Dalam salah satu cerita ini, pedang lain disematkan: Ame-no-Murakumo (Pedang Gugusan Awan). Susano-o memberikan pedang ini kepada Amaterasu sebagai tanda rekonsiliasi. Kemudian, pedang itu berganti nama menjadi Kusanagi-no-Tsurugi.
Kobarkan Semangat Eksplorasi, National Geographic Apparel Stores Resmi Dibuka di Indonesia
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR