Marie Antoinette adalah korban pornografi yang malang
Marie Antoinette tidak terlalu populer di Prancis. Mengusut dari asal-usulnya, orang Prancis dan Austria tidak saling menyukai selama ratusan tahun di masa itu.
Melihat ke belakang, Marie Antoinette menjadi salah satu tokoh publik yang paling banyak diserang dalam sejarah Prancis. Sering kali, serangan terhadapnya mengambil corak yang sangat tidak sehat dan tidak adil. Bahkan sebelum semangat revolusioner menguasai negara itu, kritikus menerbitkan fitnah yang menyindir. “Kritikan sering kali berbau pornografi dan dimaksudkan untuk mencoreng reputasi ratu,” tambah McGasco.
Awalnya, ia diserang karena belum melahirkan pewaris kerajaan di awal pernikahannya. Namun kritikan itu juga sering kali difokuskan pada Louis XVI. Seiring berjalannya waktu, spekulasi tentang perselingkuhan Marie Antoinette pun mulai marak. Ia dituduh berselingkuh dengan saudara iparnya, jenderal angkatan darat, wanita lain, dan bahkan putranya.
Marie menjadi kambing hitam atas penyakit bangsa, dugaan kegagalan moralnya mewakili karakter kerajaan yang jelas-jelas bejat. Bagi penerbit pornografi, menjelek-jelekkan ratu menjadi situasi yang menguntungkan.
Salah satu yang paling meresahkan adalah nasib teman dekat Marie Antoinette, Putri de Lamballe. Ia merupakan pengawas rumah tangga kerajaan. Publikasi yang cabul telah menggambarkan sang putri sebagai kekasih ratu yang lesbian.
Setelah persidangan yang menegangkan, Putri de Lamballe digiring ke jalan dan diserang oleh massa yang kejam. Beberapa catatan menyebutkan mutilasi dan kekerasan seksual sebagai bagian dari serangan tersebut. Tapi catatan-catatan ini masih diperdebatkan.
Yang tidak diperdebatkan adalah bahwa sang putri dipukuli dan dipenggal, kepalanya ditancapkan pada tombak dan diarak keliling Paris. Beberapa catatan mengatakan bahwa kepala tersebut diangkat dengan nada mengejek. Marie Antoinette dilaporkan dapat melihatnya dari selnya di Menara Temple, tempat ia dipenjara.
Marie Antoinette kemungkinan memiliki kekasih selama ia menjadi ratu. Meski begitu, penyimpangan yang dikaitkan dengannya oleh para pencelanya hanyalah bahan bakar bagi api kebencian. Semua penghinaan bertujuan untuk melemahkan rezim tersebut.
Pembunuhan karakter tersebut efektif. Setelah eksekusinya dengan pada tanggal 16 Oktober 1793, massa yang marah mencelupkan sapu tangan mereka ke dalam darah ratu. Mereka bersorak ketika kepalanya yang tanpa tubuh diangkat untuk dilihat. Kekuatan pers jarang digunakan untuk tujuan yang mengerikan seperti itu.
Source | : | Biography |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR