Nationalgeographic.co.id—Di bawah teriknya paparan sinar matahari dan kencangnya hembusan angin, tujuh anggota Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) akhirnya berhasil menyelesaikan etape terakhir Gowes 660: Menyapa Sobat Alam, pada Minggu (8/9/2024).
Etape terakhir ini adalah etape terpendek (60 kilometer) dari rangkaian kegiatan bersepeda sejauh 660 kilometer yang dimulai dari “Kampus Biru” Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pada Kamis (5/9/2024). Sebelumnya mereka telah menuntaskan 3 etape yang masing-masing berjarak 200 kilometer, yang membentang dari Yogyakarta hingga Bekasi, Jawa Barat.
Titik finish yang berada di Sekretariat Mapala UI, Depok, Jawa Barat sendiri sudah dipenuhi oleh puluhan anggota Mapala UI yang siap menyambut para peserta. Mereka bak kembali ke pelukan keluarga, setelah sebelumnya dilepas dan disapa oleh para "Sobat Alam" sejak titik start hingga menjelang titik finish.
Di titik start, para peserta Gowes 660 dilepas oleh Dewan Guru Besar UGM, Mapagama UGM, Palapsi UGM, Silvagama UGM, Gamago UGM, Mapala Janagiri Universitas Janabadra Yogyakarta, Mapala UMY Yogyakarta, serta Mapala UPN “Veteran” Yogyakarta.
Sementara di sepanjang perjalanan, para Sobat Alam yang terdiri dari UPL MPA Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Caprapala Unsoed, KMPA FISIP Unsoed, Mapalangit Biru STID Al Biruni Cirebon, dan Mapala Petang Universitas Pelita Bangsa menyambut tim Mapala UI dengan penuh kehangatan di “kampung halaman” mereka masing-masing.
Maka tidak heran jika Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional UI yang menyambut di Sekretariat Mapala UI, berharap kegiatan Gowes 660 ini akan semakin memudahkan Mapala UI untuk berkolaborasi dengan para civitas academica dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Dalam sambutannya, pria yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) tersebut juga mengapresiasi pencapaian tim Gowes 660. “Ini sesuatu yang sangat luar biasa. (Jarak) 660 kilometer itu bukan main-main,” tutur Hikmahanto di Sekretariat Mapala UI, Minggu (8/9/2024).
Sebuah apresiasi yang terasa selaras dengan apa yang disampaikan oleh Yayak M. Saat, race director dari Gowes 660. Masih dalam kesempatan yang sama, Yayak melihat kegiatan Gowes 660 ini bak pengejawantahan jargon “Main-main jadi bukan main” yang kerap dilontarkan oleh almarhum Rudy Badil, salah seorang founding fathers Mapala UI.
Yayak bercerita bagaimana kegiatan Gowes 660 yang awalnya hanya rencana dari tiga orang peserta, lalu kemudian berkembang menjadi sebuah kegiatan serius. Dimulai dari terbentuknya panitia, sambutan hangat dari Dewan Guru Besar UGM, hingga perayaan di titik finish yang begitu meriah. “Padahal awalnya kita hanya ingin memberi kado 'yang ada ceritanya' untuk ulang tahun ke-60 Mapala UI,” ujarnya.
Ya, Gowes 660 ini memang merupakan salah satu dari rangkaian perayaan ulang tahun ke-60 Mapala UI yang mengusung tema “Ada Jejakmu di Ceritaku”. Seperti yang disampaikan oleh Muhammad Fikra Alfath Farades, Ketua Mapala UI dalam sambutannya. Untuk itu, Fikra mengungkapkan bahwa dirinya “Berharap kolaborasi seperti ini bisa terus berlanjut.” Termasuk dalam penyelenggaraan UI Orienteering Race pada Oktober 2024 mendatang.
Baca Juga: Dari Kampus Biru ke Kampus Kuning, Mapala UI Rayakan Perjalanan 60 Tahun dengan Gowes Sejauh 660 Km
Kisah peserta wanita dan peserta termuda
Kegiatan Gowes 660 sendiri tentu saja memberikan kesan yang begitu mendalam bagi para peserta. Tidak terkecuali untuk Dyah Paramita dan Mochammad Fajar Aqil Asyabani.
Ita, panggilan akrab untuk Dyah Paramita, mengaku begitu emosional sepanjang tahun 2024 ini. Sebab, selain Mapala UI yang berulang tahun ke-60, dirinya juga turut merayakan ulang tahun ke-40 dari Paragita UI, sebuah unit kegiatan mahasiswa di bidang paduan suara. “Saya mencintai keduanya sebagai keluarga yang sudah membesarkan saya. (Untuk itu) ingin sekali memberi kado terbaik,” ungkap Ita.
Sebagai satu-satunya peserta wanita pada Gowes 660, Ita juga mengaku harus berkelindan dengan berbagai peran, mulai dari peran sebagai istri, ibu, hingga pegawai kantoran. “Tapi saya selalu percaya bahwa melalui niat baik, semua energi diri kita dan energi sekeliling kita mampu menghadirkan versi terbaik dari diri kita,” paparnya.
Hingga akhirnya semua itu terbayar tuntas di garis finish. “Sambutan keluarga Mapala UI dan dukungan dari para sahabat dari BKP 95 menutupnya dengan indah,” tutup Ita. (BKP merupakan akronim dari Badan Khusus Pelantikan yang kemudian menjadi sebutan untuk setiap angkatan pendidikan di Mapala UI.)
Sementara bagi Aqil, sapaan Mochammad Fajar Aqil Asyabani, selain merasa sangat bahagia karena mampu menuntaskan jarak bersepeda sejauh 660 kilometer, dirinya juga mengaku sangat bersyukur karena bisa membersamai para seniornya di Mapala UI. Apalagi, sebagai peserta termuda (22 tahun), dirinya merasakan bagaimana “Meski usia mereka bisa dua kali lipat bahkan lebih dari saya, konsistensi dan keceriaan mereka selalu terpancar setiap detiknya.”
Hal-hal seperti itulah yang mampu membuat Aqil mampu menuntaskan aktivitas bersepeda jarak jauh yang ternyata baru pertama kali dijalaninya. “Ini adalah olahraga baru bagi saya. Olahraga yang menantang sekaligus menyadarkan saya tentang bagaimana terkadang kita harus berupaya mencapai target yang bahkan tidak bisa diukur dengan angka-angka,” pungkas Aqil.
KOMENTAR